Seperti diketahui, pada 7 September 2004, Munir menghembuskan napas terakhir saat perjalanan dari Jakarta menuju Amsterdam setelah minuman yang disuguhkan kepadanya mengandung racun arsenik.
Dalam laman resmi Wikileaks yang diakses Media Indonesia pada Kamis (8/9), disebutkan bahwa Sutanto yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia pada 25 Juli 2006 menemui duta besar Amerika Serikat di tanah air. Saat itu, Sutanto sempat menyebut tujuan pertemuan itu adalah membicarakan sejumlah anggota kepolisian terpilih untuk mengikuti pelatihan di 'Negeri Paman Sam'.
Disebutkan dalam dokumen kawat diplomatik AS dengan kode 06JAKARTA9575 yang dibuat pada 28 Juli 2006 itu, Sutanto sempat menyebut perkembangan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir. Kepada pihak AS, Sutanto meyakini Badan Intelijen Negara (BIN) terlibat dalam pembunuhan aktivis pada zaman Orde Baru itu. Akan tetapi, Sutanto mengaku pihak kepolisian masih belum punya bukti kuat mengenai keterlibatan BIN.
Laman Wikileaks lantas melansir percakapan Sutanto bahwa Syamsir Siregar, kepala BIN saat itu, cukup kooperatif dengan Mabes Polri. Meski begitu, sejumlah anggota BIN yang berpandangan 'kolot' justru mengambil sikap sebaliknya.
"Sutanto meyakinkan dubes AS bahwa Mabes Polri serius di dalam menginvestigasi permasalahan Munir mengingat itu adalah kasus yang penting bagi Indonesia," demikian kawat diplomatik itu menyebutkan.
Saat ditanya mengenai pertemuan itu, Sutanto membantah tudingan Wikileaks. Sutanto melalui sambungan telepon bahkan membantah adanya pertemuan dengan dubes AS pada 2006.
"Enggak benar (saya menyebut keterlibatan BIN dalam kasus Munir). Pertemuan itu tidak ada, enggak benar itu. Sudah ya, saya ada rapat ini," tutur Sutanto. (SZ/OL-12)
Polri tidak Langsung Percaya Informasi Wikileaks Soal Kasus Munir
Kepolisian Republik Indonesia tidak begitu saja memercayai informasi yang disebarkan Wikileaks terkait kasus pembunuhan aktivis HAM Munir.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Anton Bachrul Alam saat ditemui di Mabes Polri Kamis (8/9) mengatakan, informasi Wikileaks yang menyebutkan Badan Intelijen Negara terlibat dalam pembunuhan Munir harus dicek lagi kebenarannya. "Namanya juga Wikilieks. Nanti dicek lagi kebenarannya," jawab Anton singkat.
Saat ditanya apakah Polri akan melakukan tindak lanjut informasi tersebut, Anton enggan berkomentar banyak. "Nggak usah dulu lah itu," kilahnya.
Seperti diketahui, Wikileaks mengungkapkan, kasus pembunuhan aktivis HAM Munir 7 tahun silam. Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto merasa yakin Badan Intelijen Negara (BIN) terlibat dalam pembunuhan aktivis HAM tersebut.
Semua info itu ada di rilis Wikileaks di sebuah kawat berkode 06JAKARTA9575 yang dibuat pada 28 Juli 2006 silam. (*/OL-9)
Kedubes AS Tolak Komentari WikiLeaks Soal Munir
Atase pers Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Troy Pedersen, menolak berkomentar mengenai bocoran WikiLeaks yang menyebutkan adanya pertemuan antara Kapolri Sutanto dan Dubes AS untuk Indonesia B Lynn Pascoe pada 2006 silam.
Menurut bocoran tersebut, Sutanto mengatakan bahwa Badan Intelijen Negara (BIN) terlibat dalam pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir.
"Saya tidak akan mengomentari tuduhan WikiLeaks mengenai apapun yang dituduhkan," kata Pedersen kepada Media Indonesia, Kamis (8/9).
Adapun soal keberadaan Lynn Pascoe, Pedersen menegaskan yang bersangkutan tidak lagi bekerja untuk pemerintah Amerika Serikat.
Berdasarkan laman daring Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Pascoe diangkat Sekjen PBB Ban Ki-moon sebagai Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Politik pada 1 Maret 2007 silam.
Sebelumnya, Pascoe menjabat Dubes AS untuk Indonesia dalam kurun waktu Oktober 2004 hingga Februari 2007. (Jer/OL-9) (MICOM)