Meski demikian yang ditetapkan tersangka baru 2 orang, yaitu Pp alias Oska dan Ww warga Pakualaman.
Kasat Reskrim Polresta Yogya, Kompol Dodo Hendro Kusuma SIK, Rabu (15/05) menjelaskan bahwa pada Selasa (14/05) sekitar pukul 20.00 WIB, sekelompok pemuda bersepeda motor berjumlah sekitar 10 sepeda motor mendatangani SMKN 3 Yogya. Dengan tiba-tiba, salah satu dari mereka melempar molotov ke pos satpam sekolah, namun tidak meledak.
"Satpam sekolah langsung melapor ke Polsek Jetis. Kemudian sekitar pukul 21.15 WIB, saat anggota Polsek Jetis, Bripka Sudarmaji melakukan olah TKP, geng itu datang lagi dan melakukan aksi yang sama yaitu melempar molotov ke arah pos satpam. Akibatnya Sudarmaji mengalami luka bakar pada lengan kiri," papar Dodo.
Setelah melempar bom itu, mereka kemudian lari ke arah timur dan selatan. Dua orang yang mengarah ke selatan itu, sampai di pertigaan Pasar kembang, dipepet 4 pemuda yang mengaku sebagai geng lainnya. Namun saat akan bentrok, diketahui petugas yang hendak menuju ke SMKN 3 Yogya.
"Petugas langsung menangkap dan mengamankan ke Polresta Yogya. Setelah dilakukan intrograsi, ternyata 2 orang itu yang melempar bom molotov yang pertama kali," imbuh Dodo.
Berdasarkan keterangan tersebut, petugas kemudian mengamankan anggota geng WTC lainnya di Gunungketur Pakualaman. Setelah dilakukan intrograsi, ditetapkan 2 orang tersangka sebagai eksekutor pelemparan molotov yang kedua. Sedangkan lainnya masih menjadi saksi. Geng ini motor ini beranggotakan pelajar SMP, SMA dan anak-anak yang telah lulus dari sekolah. Motif pelemparan ini diduga kuat sebagai aksi balas dendam.
Sementara itu Waka Kesiswaan SMKN 3 Yogyakarta, Setyo Budi, menjelaskan bahwa kejadian ini bukan kalipertama, pihak sekolahpun sudah berupaya untuk melakukan tindakan preventif.
"Ini memang bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya juga pernah, kalau tepatnya kapan saya agak lupa, sejauh ini kami juga telah melakukan pengamanan cukup ketat di sekolah. Selain memaksimalkan keberadaan sembilan petugas keamanan yang terbagi dalam tiga shift jaga, kami juga kerap kali memberikan bimbingan kepada siswa untuk menghindari aksi tawuran antar pelajar. (hm/herlit)