"Masyarakat yang akan menghukum, karena masyarakat tidak bisa menerima dengan akal sehat bahwa Nazaruddin berbuat sendirian," ujar Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya saat diwawancara TV One beberapa waktu lalu (Rabu, 17/8).
Bayangkanlah, kata Mustofa, M Nazaruddin tidak mungkin bermain sendirian dalam proyek dengan nilai total proyek sebesar Rp6,2 triliun. Kalau proses hukumnya tidak jelas dan tuntas, dalam hemat Mustofa, maka masyarakan, elemen sosial akan bergerak. Mereka tidak akan percaya kepada hukum.
Di lain sisi, selaku bigfather partai Demokrat dan Presiden yang dengan tegas menyampaikan akan berada di garda paling depan dalam pemberantasan korupsi menyisakan persoalan lain di medan tudingan Nazaruddin. SBY, kata Mustofa, tidak mungkin berserah diri partainya hancur karena hal tersebut. Dan tidak mungkin juga SBY mau menyerahkan anaknya, Ibas, kepada KPK.
"SBY tentu tidak akan menelan lidahnya sendiri saat anaknya disebut Nazaruddin. Apa dia (SBY) akan membiarkan anaknya diborgol oleh KPK, kan tidak mungkin. Maka saya yakin bahwa SBY, pemerintahan maupun lembaga-lembaga yang terlibat melakukan pemeriksaan dalam hal ini akan menterjemahkan itu untuk melindungi SBY," tandasnya.
Ternyata, Nazaruddin dan SBY Sama-sama Berubah
Perubahan sikap Nazaruddin tidak hanya sesampainya di Jakarta. Jauh sebelumnya, ketika masih berada dalam pelarian, mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat itu pun sudah menampakkan tanda-tanda berubah.
Dan menariknya, ternyata tidak hanya Nazaruddin yang berubah, sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga terjadi perubahan.
"Inikan banyak sekali keanehan-keanehan dari perubahan sikap baik dari pemerintah maupun kejanggalan pada saat Nazaruddin ditangkap di Cartagena (Kolombia)," ungkap anggota Komisi III DPR Sarif Sudding.
Tak lama setelah Nazaruddin ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus suap proyek pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang, jelas Sudding, Presiden langsung mengeluarkan pernyataan keras,
"Tangkap Nazaruddin." Tapi ketika Nazaruddin dari luar negeri mengungkapkan adanya keterlibatas Edhie Baskoro Yudhoyono, Andi Mallarangeng, dan beberapa elit di Partai Demokrat seperti Angelina Sondakh, SBY pun berubah. Kata Sudding, saat itu SBY hanya mengatakan, "Kembalilah Nazaruddin."
"Ini ada apa? Kan begitu. Nah, terjadi juga perubahan sikap pada Nazaruddin ketika dalam wawancara hanya menjurus ke Anas Urbaningrum. Nama Ibas dan Andi Mallarangeng sudah tidak ada lagi disebut-sebut lagi. Ini memang kuat dugaan saya, Nazaruddin ini dalam posisi tertekan," tandas politisi Hanura. [zul](rakyatmerdekaonline)