Sementara perihal gaji para bawahan, Imam tidak mengetahui persis detailnya sebab dalam mengurus masalah finansial, sudah ada Menteri Keuangan NII yang mengaturnya. "Saya tidak mengetahui karena ada Menteri Keuangan yang mengurus masalah gaji pejabat sampai tingkat bawah," ujar Imam.
Dari mana uang untuk menggaji para pejabat diperoleh?
Imam menjelaskan, dana tersebut di dapat dari sumbangan anggota yang berada di daerah-daerah. "Seperti desa, lalu naik ke kelurahan, lalu kecamatan, dan kabupaten. Setiap anggota di daerah wajib menyetorkan sejumlah uang apapun caranya tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya,” ucapnya.
"Tiap pribadi harus menyetor wajib. Misal diharuskan menyetor satu juta sedangkan dia hanya memiliki 100 ribu, sisanya itu harus nyari-nyari bagaimanapun caranya,” ucap Imam. “Cara tersebut sudah tidak diatur lagi dalam SOP sehingga berbohong pun diperbolehkan," tambahnya.
Imam mengaku bukan persoalan uang yang membuat ia hengkang dari NII. Dirinya menyatakan berhenti dan keluar dari kegiatan NII karena mendapat nasihat dari kedua orang tuanya. "Bukan karena uang tetapi karena menuruti nasihat ayah dan ibu saya," ucapnya.
Ini Simbol Pengumpul Dana NII
Dikabarkan bangkrut, Negara Islam Indonesia (NII) diduga makin agresif mencari dana. Selain menjaring pengikut potensial, kelompok ini juga menyebar pengikut untuk mencari dana ke sejumlah tempat umum.
Menurut Solahudin, peneliti sejarah Darul Islam NII, mereka disebar ke sejumlah ATM, menyaru menjadi pengumpul sumbangan dari yayasan yatim piatu.
Ada sejumlah tanda untuk membedakan apakah permintaan sumbangan itu dari NII atau tidak. Kata Solahudin, lihat amplopnya. Jika ada tanda segi delapan (sebelumnya ditulis segi enam, red), hitam, dan bola dunia yang di tengahnya ada bendera merah-putih.
Saat dikonfirmasi, Imam Supriyanto, mantan Menteri Peningkatan Produksi NII, membenarkan segi delapan adalah simbol NII. “Artinya Rahmatan Lil Alamin atau rahmat bagi semesta alam. Adapun merah putih melambangkan negara Indonesia,” kata Imam.
Jadi, kata Imam, di dalam segi delapan itu terdapat bendera merah putih.
Saat ditanya mengenai lambang lainnya yakni bola dunia, Imam menyatakan bahwa ia belum pernah melihatnya. "Saya belum pernah lihat. Yang saya tahu hanya lambang segi delapan dengan bendera merah putih di dalamnya," ucapnya.
Sementara itu, sumbangan dari para anggota, menurut Imam, mayoritas digunakan untuk kaderisasi anggota NII melalui proyek pendidikan. Dana tersebut selanjutnya digunakan untuk pembiayaan operasional pendidikan. "Untuk pembayaran gaji guru, pembangunan fisik (gedung), pengadaan aset tanah, kendaraan dan lain sebagainya," ucap Imam.
Terkait bantahan Pesantren Al Zaytun perihal keterlibatannya dalam NII, Imam menjelaskan, dengan ditemukannya praktek pengumpulan dana serta perekrutan anggota baru yang dapat di-baiat setelah menyerahkan sejumlah uang menjadi jawaban dari sanggahan ini. "Para korban mengetahui kalau dana itu diserahkan ke Al Zaytun," ucap Imam.
Sebelumnya, Wawan Purwanto, pengamat intelijen, menyatakan bahwa saat ini NII sedang gencar-gencarnya melakukan perekrutan. Dari tahun 1999 hingga sekarang, kurang lebih ada 151 ribu anggota baru NII yang direkrut.
"NII memang terus bergerak dan melakukan penggalangan. Polanya MLM, marketing lewat mulut. Ditargetkan tiap bulan anggotanya menyuplai uang sebanyak Rp6 juta. Anggota baru ditargetkan harus mencari 7 orang," ucapnya. (VIVAnews)