Data ini disampaikan Ketua Pusat Rehabilitasi NII Crisis Center Sukanto usai menjadi pembicara diskusi di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unpad, Jalan Raya Jatinangor Kabupaten Sumedang, Jumat (29/4/2011).
Mantan camat dalam gerakan NII ini menjelaskan, para korban yang sebagian besar berasal dari Jabar dan Jateng diduga direkrut anggota NII dari Komandemen Wilayah (KW) IX yang berada di jakarta.
Mereka, diduga diculik untuk kemudian dibaiat di Jakarta dan akan dikembalikan untuk merekrut anggota NII di tempat asalnya. Sedangkan untuk NII KW IX di Jabar sendiri, saat ini sudah diputus oleh pimpinan NII di Kabupatrn Indramayu pascapenangkapan oleh Polda Jabar beberapa tahun lalu.
Sukanto menambahkan, gerakan NII kian masif akibat lemahnya penegakan hukum di Tanah Air. Sebab selama ini polisi hanya menjerat anggota NII dengan kasus kriminalitas biasa seperti perampokan dan penipuan.
“Padahal aksi kriminal ini merupakan bagian dari keharusan anggota NII untuk mengumpulkan uang dan orang bagi pimpinan mereka,” ujar Sukanto, Jumat 929/4/2011).
Pernyataan ini diakui seorang mahasiswa Unpad Andrianto Andrajati bahwaa seseorang dikatahui sudah direkrut NII karena awalnya berbuat kriminal. “Anak tetangga saya memang awalnya ketahuan mencuri dan akhirnya diketahui sudah direkrut oleh NII,” kata Andrianto.
Berdasarkan data NII Crisis Center, korban gerakan NII ini merupakan pelajar, mahasiswa dan buruh berusia 15-23 tahun. Mereka menjadi sasaran empuk NII karena kondisi mentalnya yang labil dan masih mendapat sokongan dana dari orangtua.
Seperti dialami seorang warga Sumedang kota Jajang (50). Anak nomor tiganya yang menjadi karyawan sebuah pabrik tetkstil di Kabupaten Bandung, tiba-tiba dalam sebulan beberapa kali meminta uang. Ketika ayahnya menginterogasi, ternyata anaknya itu sudah dilobi NII.
Namun, sebelumnya jauh lebih dalam terlibat NII, ia langsung membawa pulang anaknya tersebut. "Anak sata diambil dari Bandung, biar nganggur juga ngak apa-apa daripada terlibat NII," ujar Jajang. [den](inilah)