Jakarta – Mantan Menko Polhukam Mahfud Md menyampaikan pesan untuk membangun peradaban bangsa di momen tahun baru Islam 1446 Hijriah. Mahfud menyinggung semua pihak untuk menerima hasil keputusan dari Pilpres 2024.
Hal tersebut disampaikan Mahfud dalam tausiah dalam acara Gebyar Hijriyah Tahun Baru Islam 1446 H ‘Nusantara Bertamaddun Menuju Indonesia Emas’. Mahfud mulanya menyampaikan arti dari Indonesia Emas 2045.
“Saudara sekalian, Indonesia Emas itu apa? Indonesia Emas itu adalah Indonesia satu merdeka, itu alinea kedua Pembukaan UUD 45 itu bunyinya begini: ‘Dan pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia, mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan yang; merdeka Indonesia sudah merdeka, bersatu Indonesia sudah bersatu dan berhasil memberantas usaha-usaha disintegrasi agar kita tetap bersatu’,” kata Mahfud di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (7/7/2024).
Ia menyebutkan Indonesia juga sudah berdaulat bahkan diakui oleh negara lain. Kendati demikian, ada satu persyaratan yang belum dipenuhi oleh NKRI, yakni rasa keadilan dan kemakmuran bagi rakyatnya.
“Berdaulat, kita juga berdaulat diakui oleh seluruh dunia sebagai negara yang punya kedaulatan. Jadi anggota PBB bahkan pernah memimpin juga sidang-sidang PBB,” ucap Mahfud.
“Tinggal sekarang, merdeka bersatu, adil ini yang harus dibangun. Indonesia kalau menuju Indonesia Emas modal 1, 2, 3 sudah ada, tapi modal yang ketiga dan keempat, yang keempat dan kelima belum, belum adil dan belum makmur,” tambahnya.
Mahfud mengatakan keadilan di negara ini masih diperjualbelikan. Dia menyebutkan peradaban bangsa juga dibangun dari pemerintahan, ia kemudian menyinggung penerimaan terhadap hasil Pemilu 2024.
Ia meminta keinginan mayoritas rakyat dalam memilih pemimpin untuk diakui. Ia tak ingin ada lagi yang marah-marah lantaran tak bisa menerima hasil pilpres.
“Keadabannya sudah kita bangun untuk membangun pemerintah itu, ada pemilu, pemilu? Selesai ya sudah. Yang menang harus diakui, jangan marah-marah melulu ndak bisa. Itu tidak berkeadaban namanya. Wong sudah pemilu, lalu merasa paling hebat ternyata tidak terpilih, ya sudah rakyat milih itu. Apa pun variasi yang mendekati, itu harus kita akui, lalu apa? mari membangun peradaban,” ujar eks cawapres Ganjar Pranowo ini.
“Merdekanya sudah ada, bersatunya sudah ada, berdaulatnya sudah ada, semua sudah diperoleh secara hukum secara konstitusi merdeka sudah. Tapi keadilan, masih agak tertinggal,” imbuhnya. (dwr/fca/detik).