Semarang – Dua bocah SD dari Madura nekat ke Jakarta dengan mengendarai sepeda motor. Bahkan, mereka mengendarai motor tanpa menggunakan helm.
Aksi dua bocah ini dihentikan oleh polisi di Semarang sebelum berhasil sampai ke Jakarta. Simak informasi selengkapnya berikut ini.
SZ (11) dan DR (10), dua bocah Sekolah Dasar (SD) asal Sampang, Madura nekat naik motor ke Jakarta. SZ mengajak temannya hendak ke Terminal Tanjung Priok Jakarta.
“Saya janjian ketemuan di Terminal Tanjung Priok Jakarta, hari Minggu (19/11/2023) saya ngajak teman berangkat siang sekitar pukul satu siang,” ucap SZ, dilansir detikJatim, Rabu (22/11/2023)
Rencana kepergiannya ke Jakarta terbilang mendadak. Bahkan, edua bocah ini hanya membawa baju yang melekat di tubuh mereka. Yakni berupa kaos oblong, celana pendek serta memakai sandal jepit.
“Ya nggak bawa apa-apa yang penting berangkat ke Jakarta,” tutur SZ.
SZ mengakui, ia baru pertama kali ke luar kota dan tidak mengetahui rute dari Sampang ke Jakarta. Ia pun memanfaatkan Google Maps dari handphone-nya.
“Kita menyetir bergantian, tanpa menggunakan helm dan selama perjalanan tidak bertemu polisi,” ujarnya.
2. Diberhentikan Polisi di Semarang
Rencana SZ dan DR yang hendak ke Jakarta dari Madura tidak berjalan mulus. Keduanya diberhentikan polisi di wilayah Kecamatan Tengaran, Semarang, Jawa Tengah.
Kapolsek Tengaran, AKP Supeno membenarkan kabar tersebut. Dua siswa SD dan MI berinisial SZ dan DR itu diamankan pada Senin (20/11) sekitar pukul 07.15 WIB.
“Saat personel Sat Lantas unit Tengaran bersama personel Polsek melaksanakan AG (Ambang Gangguan), mendapati dua orang anak di bawah umur mengendarai kendaraan roda dua tanpa menggunakan helm dan kelengkapan kendaraannya,” kata Suseno dalam keterangan resminya kepada wartawan, Selasa (21/11/2023).
3. SZ dan DR Terobos Lampu Merah
SZ dan DR, dua bocah SD yang hendak ke Jakarta dari Madura dihentikan polisi di Semarang. Rencana SZ dan DR ke Jakarta terbongkar usai mereka menerobos lampu merah. Kemudian, mereka diamankan ke kantor polsek setempat dan dikembalikan ke wilayah Sampang.
“Waktu itu SZ yang nyetir menerobos lampu merah, kemudian dikejar sama polisi. Saya dibawa ke sana (kantor polisi),” kata D saat ditemui di Polsek Pengarengan Sampang, Rabu (22/11/2023).
Sementara itu, paman SZ bernama Jauhari mengaku tidak mengetahui rencana kepergian keponakannya ke Jakarta. Keluarga hanya kebingungan mencari dua bocah SD itu karena tidak pulang hingga malam.
“Saya tidak curiga kalau dia mau pergi sejauh itu. Bahkan sempat ketemu di jalan, namun SZ yang berboncengan dengan D itu melaju begitu saja, saya pikir sekadar main di daerah sini,” jelas Jauhari.
Ia baru mengetahui SZ pergi ke Jakarta saat istrinya ditelepon anggota Polsek Tengaran pada Senin (20/11/2023). Setelah dikirimi foto dan video, Jauhari pun bergegas menuju lokasi untuk menjemput mereka.
“Awalnya saya nggak percaya kalau mereka ada di sana, kan banyak penipuan, apalagi anak itu bawa motor butut. Saya baru percaya ketika anggota polsek mengirim foto dan video, sehingga saya langsung jemput mereka,” ungkapnya.
4. Modal Rp 105 Ribu Hasil Utang
Dua anak SD asal Kecamatan Penggarengan, Kabupaten Sampang, Madura hendak ke Jakarta naik motor untuk menemui temannya. Mereka berangkat dari Madura pada Minggu (19/11) sekitar pukul 13.00 WIB tanpa diketahui orang tuanya.
“Kedua anak ini berangkat dari Sampang pada hari Minggu sekitar pukul 13.00 WIB tanpa diketahui oleh orang tuanya. Keduanya berdalih hendak ke Jakarta menemui rekannya, dengan berbekal uang Rp 100 ribu dan aplikasi map, tanpa membawa helm serta pelat nomor pada kendaraannya dan tanpa membawa surat-surat kendaraan maupun jaket,” jelas Kapolsek Tengaran, AKP Supeno.
Diketahui, SZ dan DR, dua bocah SD dari Madura yang nekat hendak ke Jakarta dengan membawa uang Rp 105 ribu hasil meminjam dari temannya.
“Rp 5.000 itu sisa uang jajan. Yang diberi Ibu (bibi yang mengasuhnya) Rp 20 ribu. Kalau Rp 100 ribu itu pinjam sama teman sebelum berangkat,” ucap D saat ditemui di Polsek Pengarengan Sampang, Rabu (22/11/2023).
DR mengaku mereka hanya makan mi instan sekali dalam perjalanan ke Jakarta. Mereka bermalam di pinggir jalan di daerah Tuban untuk beristirahat.
“Saya cuma makan mi instan sekali, berhenti beli bensin enam kali (Rp 10 ribu sekali ngisi), tapi lupa tempatnya. Istirahat semalam di gardu pinggir jalan, kalau nggak salah di Tuban,” imbuhnya. (kny/imk/detikJatim)