Jakarta – Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti siswa SDN 478 Barowa, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang bertaruh nyawa ke sekolah dengan menyeberangi sungai memakai rakit. Puan menyinggung pembangunan di wilayah terpencil yang belum banyak tersentuh.
Dilansir dari detikNews, Rabu (14/6/2023), Puan mengapresiasi perjuangan siswa tersebut yang dianggap demi mendapatkan pendidikan. Di satu sisi, situasi tersebut membuatnya prihatin.
“Kenyataan ini sekaligus menjadi ironi untuk kita semua. Di saat pembangunan besar-besaran terjadi di Ibu Kota dan kota-kota besar lain, masih ada anak-anak kita yang harus berangkat sekolah dengan sarana yang sangat memprihatinkan,” ungkap Puan dalam keterangan tertulisnya.
Puan lantas meminta pemerintah memperhatikan infrastruktur di daerah terpencil. Menurutnya, salah satu faktor kunci yang mempengaruhi aksesibilitas pendidikan adalah infrastruktur yang memadai.
“Sayangnya, banyak daerah di Indonesia, terutama yang terletak di daerah terpencil, masih menghadapi tantangan serius dalam hal infrastruktur yang tidak memadai,” paparnya.
Puan merekomendasikan agar siswa yang menyeberang sungai pakai rakit ke sekolah diberi dispensasi. Pihak sekolah dan pemerintah daerah diminta memberi alternatif sistem belajar lain untuk sementara waktu untuk para siswa tersebut.
“Paling tidak sekolah bisa memberikan materi pelajaran yang memungkinkan para siswa tersebut mempelajari secara mandiri di rumah 2 atau 3 kali seminggu agar tidak perlu tiap hari mereka ke sekolah untuk sementara waktu,” ungkap Puan.
Kebijakan tersebut mempertimbangkan keselamatan siswa yang menyeberang ke sungai pada saat ke sekolah. Pemerintah harus memberikan solusi yang tidak merugika siswa.
“Atau bisa juga dengan menerapkan sistem pembelajaran online seperti yang dilakukan saat pandemi COVID-19 melanda. Pemerintah harus bisa menghadirkan solusi yang tidak merugikan siswa belajar,” tegasnya.
Puan juga mendorong pemerintah secara berkala melakukan evaluasi terhadap kelayakan infrastruktur di daerah-daerah. Selain itu, Puan meminta penerapan program pembangunan daerah harus memperhatikan urgensi yang ada.
“Masih banyak siswa sekolah di daerah-daerah yang harus melewati kawasan sepi, daerah perladangan dan perbukitan dengan medan jalan yang cukup sulit setiap hari untuk menjangkau sekolah,” tuturnya.
Ketua DPP PDIP ini menambahkan pemerintah perlu menyusun kebijakan yang mendukung pengembangan infrastruktur pendidikan, alokasi anggaran yang memadai. Di sisi lain mengoptimalkan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menangani masalah ini.
“Ketersediaan infrastruktur dan fasilitas yang layak sangat penting dalam mendukung perkembangan dan kesejahteraan anak-anak”, sambung Puan.
Diketahui, siswa SDN 478 Barowa, Lutim tiap hari menyeberangi sungai menuju sekolah menggunakan rakit. Para siswa berpegang pada tali membentang yang menghubungkan rakit ke seberang sungai.
“Tiap hari menyeberang pakai gabus sama teman-teman. Tidak takut,” kata salah satu siswi SDN 478 Barowa Andita kepada detikSulsel, Sabtu (10/6).
Sementara warga Desa Borowa Muhlis mengungkapkan anak-anak di Desa Borowa sudah menggunakan rakit untuk ke sekolah karena jembatan rusak tersapu banjir pada awal Mei 2023 lalu.
“Kurang lebih sebulan anak-anak menggunakan ini (rakit) ke sekolah, biasa kami juga antar menggunakan perahu. Kalau pulang sekolah dijemput lagi,” ungkapnya.
Dia pun berharap Pemda Luwu segera membuat jembatan penyeberangan yang baru untuk warga Desa Barowa. Pasalnya kata dia, saat ini beberapa warga desa termasuk anak-anak sekolah sangat kesulitan karena tidak adanya jembatan penyeberangan.
“Kita maunya agar Pemda buatkan kami jembatan, karena kasihan warga sama anak-anak mau sekolah pakai rakit atau perahu. Mereka sering terlambat ke sekolah karena itu,” jelasnya. (sar/sar/detik)