
Tulungagung – majalahbuser.com, Hari itu tak seperti hari efektif biasa, biasanya pada jam sibuk didepan halaman Pendopo Kabupaten itu padat dengan aktifitas pekerjaan kantor. Namun siang itu, didepan Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso yang menghadap ke Aloon-Aloon kota Tulungagung itu tampak ramai oleh ratusan penari Reog Kendang dari berbagai usia, mulai usia pelajar dasar, remaja hingga dewasa. Mereka berjajar rapi di kanan kiri jalan menuju pintu masuk ke Pendopo Kabupaten Tulungagung, 18 November 2025.
Ratusan penari tersebut mengiringi Bupati Tulungagung dan jajaran Forkopimda serta para pejabat lingkup Kabupaten Tulungagung yang akan melintas dihadapan mereka dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Tulungagung ke 820.
Jalannya ‘Prosesi Bersih Nagari’ Bupati Tulungagung H. Gatut Sunu Wibowo menerima Pataka lambang kebesaran Kabupaten Tulungagung, selanjutnya memotong Tumpeng sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT yang telah memberikan rejeki kepada Warga Masyarakat Tulungagung, dan potongan tumpeng diserahkan kepada Wakil Bupati H Ahmad Baharudin dan kepada Ketua DPRD Tulungagung, Marsono.
Usai upacara Bupati Tulungagung. H. Gatut Sunu Wibowo mengatakan, Ia mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga kegiatan ini membawa keberkahan.
Dia juga mengatakan ada kegiatan yang lain yang tak kala menarik, yaitu pertunjukan kesenian Wayang Kulit dengan menampilkan tiga dalang sekaligus yaitu, Sun Gondrong, Eko Sugianto dan Minto ditambah bintang tamu Niken Salindri, dan lawak Percil, Jo Klutuk, Jo Klitik.
Bupati juga mengatakan kepada warga masyarakat Tulungagung dan daerah sekitar, Kediri Trenggalek dan Nganjuk silahkan hadir, karena sambil nonton akan disediakan makanan gratis.
“Ini membuktikan bahwa duet kepemimpinan Saya dan Wakil Bupati tetap guyub rukun agar kedepannya bisa maju dan bisa memaknai pembangunan diwilayah Jawa Timur,” tandasnya.
Sementara itu, suara dari Warga Masyarakat yang menonton prosesi bersih nagari, Mbak Diah (35 tahun) mengatakan, bahwa kedatangan Dia bersama temannya dari Desa Ploso Kandang, Kecamatan Kedung Waru, Tulungagung sangat terkesan dengan kegiatan ini, karena Pemerintah Tulungagung masih mengutamakan kesenian rakyat yang kental dengan adat dan budaya leluhur.
“Kegiatan seperti ini membuktikan bahwa Pemerintah Tulungagung tidak tergerus dengan budaya modern, tapi lebih mengedepankan kebudayaan rakyat yang orsinil,” tutup Mbak Diah bangga. (unt/adv)