Foto: Kepala SMKN 1 Ngasem Mohamad Alfin Hilmi, M.M., M.Pd, (kanan) menyerahkan cinderamata kepada Plt pejabat teknis pelayanan dan pengembangan Solo Technopark Susilo Budi Hariyanto, S.T.

Surakarta – majalahbuser.com, SMKN 1 Ngasem Kabupaten Kediri melaksanakan “Workshop Penguatan Teaching Factory” bagi seluruh Guru di Solotechnopark, Surakarta, 22/10/2024

Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.

Implementasi teaching factory di SMK dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan kompetensi yang dihasilkan oleh SMK.

Pelaksanaan teaching factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK.

Teaching factory merupakan pembelajaran produksi yang merupakan framework bagi peserta didik bagi pendidikan vokasi di masa depan. Teaching factory juga menyiapkan lulusan SMK yang adaptable terhadap perubahan dunia untuk menjadi lulusan yang dapat bekerja, melanjutkan, dan berwirausaha. Mengubah paradigma dari push menjadi pull.

Sehingga paradigma SMK yang dulunya hanya mendorong untuk mencetak lulusan tanpa memperhatikan kebutuhan pasar kerja, berganti menjadi paradigma mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan pasar kerja, mulai dari budaya kerja dan kompetensi yang diperlukan dalam pasar kerja dan menariknya ke dalam SMK untuk disusun kurikulum SMK yang diselaraskan dengan kurikulum industri.

Dalam sambutanya, Kepala SMKN 1 Ngasem Muhamad Alfin Hilmi, M.M, M.Pd mengatakan, bahwa dalam usaha mewujudkan real  vocational school, maka seluruh steak holder dalam jajarannya diajak untuk belajar tentang teaching factory.

Menurut Alfin, memberikan bekal kepada siswa tentang kewirausahaan, dan kemandirian dengan sistem pembelajaran sesuai dengan kebutuhan industry termasuk di di dalamnya pengenalan tentang disiplin dan budaya kerja di industri adalah sangat penting.

“Semoga Workshop ini bisa meningkatkan kompetensi guru sehingga mampu menciptakan lulusan yang siap kerja,” harap Alfin.

Sedangkan pemateri Workshop ini adalah Sutimin, S.Pd alumni ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri).

Dalam paparannya, Sutimin mengurai manfaat strategi implementasi pengelolaan teaching factory yaitu:

(1). Tercapainya tujuan SMK dalam upaya penciptaan atau pembentukan; SDM yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

(2). Membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas, dan biaya-biaya operasional SMK serta peningkatan kesejahteraan.

(3). Menumbuhkembangkan jiwa entrepreneurship guru dan peserta didik.

(4), Mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri peserta didik SMK melalui kegiatan .

(5). Menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia usaha dan industri serta masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk umum dan hasil produksinya. (bsr1).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami | Pedoman Media Ciber | Disclaimer