Foto: Pilot Susi Air Phillip Mark Mehrtens (kiri) bersama Satgas Operasi Damai Cartenz 2024. ANTARA/HO-Humas Polda Papua/aa.

Jakarta – Pemerintah Republik Indonesia menyerahkan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens, yang disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya sejak 7 Februari 2023, kepada Pemerintah Selandia Baru.

Serah terima tersebut dilakukan seusai pesawat TNI Angkatan Udara yang ditumpangi Mehrtens tiba di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Sabtu pukul 22.26 WIB.

“Tadi baru saja saya mewakili Pemerintah Republik Indonesia secara resmi telah menyerahkan Kapten Pilot Philip Mehrtens kepada Pemerintah Selandia Baru yang diwakili oleh Duta Besar Selandia Baru di Jakarta, yaitu Bapak Kevin (Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Kevin Burnett),” kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu. 21/9.

Hadi mengaku acara penyerahan tersebut berjalan dengan lancar. Dia juga mengatakan bahwa Mehrtens saat ini telah menjadi tanggung jawab Kedutaan Besar Selandia Baru.

Pada kesempatan itu, dia mengatakan bahwa proses pembebasan Mehrtens merupakan hasil kerja keras seluruh pihak.

Oleh sebab itu, dia mengapresiasi TNI, Polri, tokoh masyarakat, adat, dan pemuka agama.

“Ucapan terima kasih juga kepada Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, serta Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta, dan tentunya berbagai pihak yang telah membantu dalam proses pembebasan sandera, yaitu Philip Mehrtens,” ujarnya.

Mehrtens dibebaskan pada Sabtu, dan dijemput oleh tim Satgas Operasi Damai Cartenz di Kampung Yuguru, Distrik Maibarok, Kabupaten Nduga.

Kemudian, Satgas menerbangkan Mehrtens ke Timika untuk proses cek kesehatan. Setelah dinyatakan sehat, Mehrtens diterbangkan dari Timika menuju ke Jakarta dengan menggunakan pesawat terbang milik TNI AU.

MRP apresiasi masyarakat Papua pegunungan atas pembebasan Pilot Philip

Majelis Rakyat Papua (MRP) mengapresiasi dukungan masyarakat adat Papua wilayah pegunungan atas pembebasan Pilot Philip Mark Mehrtens.

Pilot Maskapai Penerbangan Susi Air Capten Philip Mark Mehrtens disandera oleh kelompok kriminal bersenjata atau KKB kelompok Egianus Kogoya kurang lebih 1,5 tahun yakni sejak Juli 2023 hingga September 2024 di Kabupaten Nduga Provinsi Papua Pegunungan

Wakil Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Agama Izak R Hikoyabi di Sentani, Sabtu mengatakan  pembebasan Pilot Capten Philip Mark Mehrtens sebuah langkah besar yang dilakukan oleh masyarakat Papua Pegunungan, pemerintah pusat, daerah, TNI-Polri.

“Kami tahu bagaimana upaya keras yang dilakukan pemerintah dan masyarakat adat Papua Pegunungan dalam proses pembebasan pilot asal Selandia Baru tersebut hingga akhirnya dibebaskan,” katanya.

Menurut Hikoyabi, ke depan langkah-langkah konstruktif, konkret yang harus dilakukan baik KKB maupun pemerintah sehingga kejadian seperti ini tidak terulang kembali yakni bagaimana meningkatkan komunikasi yang baik terhadap masyarakat adat khususnya wilayah Pegunungan Papua.

“Untuk pihak-pihak yang mempunyai kepentingan di wilayah terisolir seperti Papua Pegunungan dan Papua Tengah dalam misi pelayanan baik dari luar maupun dalam harus adanya kerja sama yang baik sehingga permasalahan seperti ini tidak terulang,” ujarnya.

Dia menjelaskan kerja sama itu sangat penting bagaimana menjaga hubungan baik kepada semua pihak terutama masyarakat adat setempat pemilik hak ulayat, gereja dan pemerintah daerah setempat.

“Pihak dari luar dalam misi penginjilan untuk terlebih dahulu datang dan menggunakan metode pertemuan yang baik dengan tokoh-tokoh lintas agama, adat, gereja dan pemerintah setempat dalam niatan membuka ruang di daerah pedalaman sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang dialami Pilot Philip Mark Mehrtens,” katanya.

Dia menambahkan Papua bukan tanah kosong tak berpenghuni tetapi setiap jengkal daerah ini ada tuannya yang perlu dihormati ketika ingin datang berkunjung ke sini.

“Kami yakin dan percaya ketika orang itu datang dalam misi yang baik dengan niat dan tujuan baik didasari rasa menghormati, persaudaraan ditunjukkan melalui komunikasi lintas agama, adat pasti akan diterima baik dan pelayanan apapun itu berjalan lancar,” ujarnya.

Dalam menjangkau wilayah yang sulit, kata Hikoyabi, misi pelayanan tertentu tidak hanya penginjilan tetapi sektor lainnya perlu membangun komunikasi dalam satu konteks pemahaman berpikir.

“Hal ini harus dilakukan supaya niatan baik itu menjadi berkat bagi banyak orang di wilayah-wilayah tersebut terutama masyarakat adat,” katanya. (ant).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami | Pedoman Media Ciber | Disclaimer