Di beberapa bagian percakapan itu, Nazaruddin terang-terangan merinci bagaimana upaya Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum melakukan gerilya politik bertabur hamburan uang kepada para DPC Demokrat di daerah guna menggalang kekuatan suara jelang Kongres PD di Bandung.
Rincian gerilya Anas Urbaningrum dalam upayanya menjadi ketua umum PD seperti diungkapkan Nazaruddin kepada Iwan Piliang yang ditayangkan Metro TV tersebut dibagikan lewat sejumlah pertemuan Anas dan para DPC PD.
Pertemuan pertama Anas dan Para DPC (jumlah total DPC disebut Nazaruddin sebanyak 340 DPC di seluruh Indonesia) terjadi di Apartemen Senayan City lantai 7 yang menjadi Posko pemenangan Anas di Kongres PD. Dalam pertemuan itu, Nazaruddin menyebut para DPC kecipratan uang sebesar Rp 5 Juta, Rp 7 Juta, dan Rp 10 Juta (beragam). Tentunya semua akomodasi dan transport juga ditanggung pihak Anas dan Nazaruddin.
Pertemuan kedua Anas dan para DPC PD terjadi di daerah. Anas disebut Nazaruddin berkunjung ke Batam, Sumut, Jawa Tengah, dan sejumlah daerah lainnya. Jumlah uang yang dibagikan kali ini, disebut NAzaruddin naik menjadi Rp 10 Juta per DPC.
Pertemuan berikutnya terjadi di Hotel Sultan, Jakarta. Para perwakilan DPC disebut Nazaruddin disirami sebesar Rp 10 juta hingga Rp 15 juta.
Siraman uang ke DPC PD tak hanya sampai di situ. Pada saat deklarasi Anas maju sebagai calon Ketum PD, Nazaruddin menyebut jumlah siraman uang naik menjadi Rp 15 juta hingga Rp 20 juta.
Masa dua hari sebelum Kongres D di Bandung jug disebut Nazaruddin sebagai upaya gerilya uang Anas. Kali ini bentuknya tak lagi rupiah melainkan dolar Amerika. Nazaruddin menyebut pihaknya dan Anas memberikan uang sebesar 3 ribu dolar amerika hingga 5 ribu dolar amerika ke para DPC.
Pada hari H kongres PD, Nazaruddin menyebut jumlah siraman uang naik lagi. Jumlah yang dibagikan ke tiap DPC berkisar antara Rp 5 ribu hingga 10 ribu dolar. Yang lebih mencengangkan, dalam dua putaran pemilihan Ketum PD yang berujung terpilihnya Anas Urbaningrum, pihak Anas dan Nazaruddin disebut telah menghabiskan 2 juta dolar Amerika.
Adapun Anas membantah tegas adanya politik uang dalam upayanya naik menjadi Ketum Demokrat. Baginya, membeli suara para DPC adalah sesuatu yang tak masuk logika. Ia juga menyebut kekuasaan yang ada datangnya dari tuhan.
"Saya bukan tipe orang yang kemerungsu," katanya dalam wawancara di sebuah tayangan stasiun televisi nasional.
Jika di Indonesia Malam, Persembunyian Nazaruddin Masih Siang
Iwan Piliang secara khusus memberikan video rekaman teleconferencenya dengan Nazaruddin ke Metro TV. Metro TV pun menyiarkan video itu secara eksklusif, Jumat (22/7/2011) malam.
Iwan mengaku dia melakukan teleconference pada Kamis (21/7/2011) sekitar pukul 23.00 WIB. "Teleconference itu sekitar satu setengah jam, selesai kira-kira pukul satu dini hari," kata Iwan.
Iwan mengaku tak tahu dimana keberadaan Nazaruddin meski berhubungan secara audio visual. Nazaruddin pun tak menjawab saat ditanyakan. Namun Iwan mencoba menganalisanya.
Iwan menduga Nazaruddin saat itu berada di daerah atau negara yang berbeda waktunya cukup jauh dengan Indonesia. Ruangan tempat Nazaruddin berteleconference menurutnya sangat terang namun bukan karena sinar lampu tapi matahari.
"Sepertinya di sana (tempat Nazaruddin) siang hari. Saya melihat dari jendela yang ada di sebelah kanan atas ruangan Nazaruddin masuk cahaya yang sangat terang," katanya.
Jika di Indonesia saat itu hampir dini hari, maka paling tidak Nazaruddin berada pada negara yang perbedaan waktunya lebih dari enam jam.
"Kemungkinan dia di Porto (Maksudnya Puertorico) atau Meksiko," kata Iwan Piliang. Indonesia dan Meksiko memiliki perbedaan waktu 12 jam. Jika di Indoensia pukul 23.00 WIB maka di Meksiko masih pukul 11.00. Jika begitu, kemungkinan besar Nazaruddin ada di negara-negara amerika latin. (Tribunnews)