Selain bertemu dengan PSSI, asosiasi pemain, dan PT Liga Indonesia, ke-6 delegasi FIFA dan AFC itu juga melakukan pertemuan dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Sebelum kepulangan rombongan ke negara asal masing-masing, tercetuslah gagasan untuk membentuk komite ad hoc yang nantinya diisi oleh beberapa elemen stakeholder, termasuk PSSI dan perwakilan dari pemerintah.
Namun, yang mengejutkan, pada hari ini, pemerintah justru menilai apa yang dilakukan oleh FIFA dan AFC tersebut sebagai tindakan inkonsistensi.
Pasalnya, menurut Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora, Gatot S Dewa Broto, apa yang digagas oleh FIFA dan AFC kali ini sangat bertentangan dengan apa yang diinginkan oleh Presiden Jokowi, dengan membentuk tim kecil untuk mereformasi PSSI.
"Kami mengingatkan saja, bahwasanya kemarin ketika bertemu dengan Presiden sudah ada kesepakatan dan mereka oke," kata Gatot saat konferensi pers di Media Center Kemenpora, Senayan, Jakarta, Rabu 4 November 2015.
Menurut Gatot, inkonsistensi yang ditunjukkan oleh FIFA dan AFC ini bahkan bisa saja menjurus kepada pelecehan terhadap pemerintah Republik Indonesia. Karena delegasi tersebut tidak memegang teguh komitmen yang telah dibuat bersama kepala negara.
Penyataan pemerintah itu tertuang dalam Siaran Pers yang dikeluarkan Kemenpora pada Rabu lalu. Pada poin keempat dan lima tertera kalau Kemenpora menilai FIFA dan AFC sudah melanggar kesepakatan dengan Presiden.
3. Dalam pertemuan tersebut (dengan Presiden Jokowi), Pemerintah Indonesia dengan tim FIFA dan AFC telah sepakat untuk membentuk tim kecil sebagaimana telah diputuskan oleh Presiden Joko Widodo, di mana tugas tim kecil ini adalah untuk berkomunikasi dan mendetailkan hal-hal teknis dalam rangka reformasi terhadap PSSI.
4. Perlu ditegaskan dalam konteks ini, bahwa tim FIFA dan AFC diminta komitmennya karena pada saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo sudah sepakat sepenuhnya untuk membentuk tim kecil. Sehingga dari aspek etikanya, maka komitmen yang sudah disepakati bersama tak boleh secara sepihak diangkat.
5. Bahwasanya FIFA dan AFC akan membentuk suatu komite, itu dipersilahkan saja, namun itu secara terpisah. Namun komitmen yang sudah disepakati harus tetap dijunjung tinggi apalagi itu dengan Kepala Pemerintahan. Dengan demikian, Pemerintah Indonesia meminta tim FIFA dan AFC melaporkan pada FIFA dan AFC tentang kesepakatan tersebut terlebih dahulu, karena inkonsistensi terhadap kesepakatan tersebut sama halnya dengan pelecehan terhadap Pemerintah Republik Indonesia.
Melihat reaksi Kemenpora yang tidak sepakat dengan hasil pertemuan dengan FIFA dan AFC, tampaknya kisruh sepakbola tidak akan selesai dalam waktu dekat. Dan pasti yang menjadi korban adalah seluruh stakeholder sepakbola nasional mulai dari pemain, pelatih, sampai level akar rumput. (viva)