Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, Jumat 14 Februari 2014, menyatakan bahwa hujan abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud berdampak pada aktivitas pasar dan distribusi barang. "Dari pagi saya langsung berkoordinasi dengan pemda untuk melihat dampaknya kepada distribusi dan pasar," ujar Bayu di Kementerian Perdagangan, Jakarta. Menurut Bayu, abu vulkanik Gunung Kelud menyebar ke timur dan barat. Yogyakarta juga terkena dampak hujan abu. Beberapa pasar tutup dan pedagang pasar cenderung memilih tidak berdagang. "Saya melihat di Yogyakarta masih belum banyak aktivitas. Distribusi juga terhenti sementara," kata Bayu.
Berdasarkan pantauan, pasar-pasar tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta lumpuh. Ratusan pedagang memilih tidak membuka lapaknya. Kondisi tak jauh berbeda terlihat di Bantul. Lapak para pedagang di pasar tradisional tertutup abu tebal. "Hampir 70 persen pedagang tidak berjualan," kata Rina, pedagang di pasar Bantul.
Hanya sedikit yang masih berjualan. Mereka di antaranya yang menjajakan bahan pokok tahan lama, seperti telur dan beras. Bahkan, di pasar tradisional terbesar Argosari, Wonosari, sejumlah pedagang juga memilih tidak berjualan. Pasar terbesar di Yogyakarta, Beringharjo, bahkan tutup sejak Jumat pagi. Di pasar itu, terdapat sekitar 6.000 pedagang. Setiap harinya, pasar yang menjadi rujukan belanja wisatawan asing maupun lokal ini, selalu dipadati pengunjung.
Sementara itu, kawasan Jalan Malioboro yang selalu padat, hingga Jumat pukul 11.00 WIB juga masih lengang. Sejumlah pertokoan belum terlihat dibuka. Padahal, pada hari normal, toko sudah buka sejak pukul 09.30 WIB.
Aktivitas bandara lumpuh
Tidak hanya menyentuh ekonomi masyarakat kecil, dampak letusan Gunung Kelud menyebabkan aktivitas lima bandara dan satu landasan udara lumpuh. Hingga Jumat siang, 14 Februari 2014, tercatat terdapat enam bandara yang terkena hujan abu. Pesawat tidak dapat terbang. Selain karena faktor jarak pandang yang terbatas, mesin pesawat dapat rusak jika kemasukan abu vulkanik.
Enam bandara tersebut adalah Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto di Yogyakarta, Ahmad Yani di Semarang, Adi Sumarmo di Solo, Juanda di Surabaya, dan Abdul Rahman Saleh, Malang. Sementara itu, landasan Udara Iswahyudi, Kabupaten Magetan, juga ditutup sementara. Operasional Bandara Husein Sastranegara, Bandung, juga dihentikan pada Jumat dari pukul 14.30 WIB hingga 18.00 WIB. Akibat ditutupnya enam bandara itu, ratusan penerbangan ke sejumlah kota dibatalkan. Maskapai Garuda Indonesia membatalkan penerbangan ke empat daerah tujuan. Antara lain ke Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Malang.
Wakil Presiden Komunikasi Korporat Garuda, Pujobroto, menjelaskan bahwa puluhan penerbangan menuju dan dari bandara di empat daerah tersebut terpaksa dibatalkan pada Jumat. "Otoritas bandara dari Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan nota pemberitahuan bahwa bandara di Yogya, Solo, dan Surabaya ditutup. Sedangkan dari Malang, pesawat tidak mungkin terbang," ujar Pujobroto saat dihubungi VIVAnews.
Garuda telah membatalkan penerbangan pertama dari Bandara Soekarno-Hatta tujuan Yogyakarta yang berangkat pukul 05.25 WIB, Solo (05.30 WIB), dan Surabaya (05.35 WIB). "Sampai pukul 08.30 WIB, ada 19 penerbangan yang tidak diberangkatkan," kata Pujobroto. Ia menambahkan, biasanya penerbangan pesawat Garuda rute Jakarta-Surabaya dijadwalkan 19 kali, Jakarta-Yogyakarta sembilan kali, Jakarta-Solo sebanyak lima kali, dan Jakarta-Malang dua kali. "Itu belum rute penerbangan dari kota itu ke kota lain, misalnya Yogyakarta ke kota lain. Akan ada sekitar 84 penerbangan yang dibatalkan," kata Pujobroto.
Sementara itu, maskapai Citilink mengalihkan rute penerbangan pesawat tujuan Surabaya ke Denpasar, Bali. Selain itu, Citilink menunda penerbangan ke beberapa daerah.
"Mulai Jumat pagi, pukul 04.00 WIB, penerbangan pertama Jakarta ke Surabaya dialihkan ke Denpasar untuk menghindari abu vulkanik. Untuk sementara, penumpang ke Surabaya, tidak bisa naik dulu," kata Chief Executive Officer (CEO) Citilink, Arif Wibowo. Arif mengatakan, beberapa rute lain juga mengalami penundaan penerbangan, yaitu tujuan Yogyakarta, Malang, dan Surabaya. Untuk Lion Air, maskapai penerbangan itu terpaksa membatalkan penerbangan ke lima kota pada Jumat. Bandara di lima kota tersebut, tutup karena hujan abu vulkanik.
Lima kota tujuan Lion Air itu adalah Yogyakarta, Solo, Malang, Surabaya, dan Semarang. Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, mengungkapkan, total ada 125 penerbangan yang batal pada Jumat. Namun, tak hanya penerbangan menuju dan dari Pulau Jawa yang terganggu. Erupsi Gunung Kelud juga memengaruhi jadwal penerbangan maskapai Australia.
Menurut Co General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Ngurah Ardita, tujuh penerbangan dari Australia menuju Bali dan sebaliknya dibatalkan. "Pesawat asal Virgin Australia membatalkan penerbangan, karena erupsi Gunung Kelud. Dua penerbangan ke Bali dan lima ke Australia. Mereka membatalkan untuk hari ini saja," kata Ardita, Jumat 14 Februari 2014. Dia menambahkan, lima penerbangan Virgin Australia yang dibatalkan adalah tujuan Sidney, Melbourne, Brisbane, Perth, dan Adelaide.
Potensi kerugian
Meski aktivitas ekonomi lumpuh dan bandara ditutup, belum diketahui potensi kerugian akibat letusan Gunung Kelud itu. Sejumlah maskapai belum menghitung berapa kerugian yang diderita dari pembatalan penerbangan itu. "Saat ini, kami fokus kepada konsumen dulu," ujar Pujobroto.
Sementara itu, Lion Air harus menyiapkan uang cash miliaran rupiah untuk proses penukaran tiket penumpang. Untuk penerbangan Jumat, menurut Edward Sirait, terdapat sekitar 7.900 tiket yang sudah terjual. Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, memperkirakan, dampak ekonomi akibat erupsi Gunung Kelud cukup besar secara nasional. "Ya, tentu besar, karena Jawa kan aktivitas ekonominya tinggi," ujarnya.
Di kompleks Istana Kepresidenan, Jumat 14 Februari 2014, Hatta mengatakan, terpukulnya perekonomian di daerah Jawa diperburuk dengan terputusnya moda transportasi udara. Selama ini, transportasi udara dinilai cukup efisien untuk melakukan kegiatan ekonomi. Namun, hingga saat ini, dia menambahkan, pemerintah belum menghitung kerugian ekonomi akibat letusan Gunung Kelud itu. "Dalam waktu dekat, kami akan segera inventarisasi," tuturnya. (viva)