”Di gereja setan diadakan seks bebas antar pengikutnya. Seks bebas dianggap menjadi bagian dari ibadah. Ada juga hubungan seks dengan Lucifer yang terdengar tak masuk akal, tetapi kita melihat dari sisi supranatural,” jelasnya.
Salah satu cara perekrutan gereja setan ini, lanjutnya, melalui darah. ”Yang dipersembahkan itu darahnya, ritual yang lain itu minum darah sendiri atau teman se sekte,” ungkapnya. Minum darah itu ditunjukkan sebagai wujud perjanjian dengan Lucifer.
Menurut perempuan ini apabila sudah menjadi pengikut gereja Lucifer, akan susah keluar. ”Kalau sudah ikut maka akan terikat. Susah buat keluar dan nyawa taruhannya,” paparnya. Ia bisa dibunuh oleh pengikut setia Lucifer. Apakah gereja Lucifer ada di Surabaya? Ia membenarkan, namun tak berani menyebutkan namanya. ”Saya gak bisa ngasih tahu apa nama gerejanya, nanti dikira fitnah,” cetus dia.
Sementara menurut seorang pria penganut Katolik yang namanya juga tak mau dikorankan menyebutkan kalau di Surabaya juga ada gereja yang diindikasikan sebagai gereja setan. ”Kayaknya sih ada mas di ruko-ruko, tapi namanya saya tidak tahu. Gereja setan itu pakai salib tapi dibalik gitu mas,” ucapnya.
Pengakuan Tersangka
Sementara itu, Gilang, tersangka pemalsu surat perintah ritual seks bebas yang beredar di lingkungan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung, mengaku dirinya telah bergabung dengan sekte seks bebas selama sembilan tahun. Tak hanya dia, tapi juga ibunya.
Pria yang identitasnya masih disembunyikan kepolisian itu lantas membeberkan beberapa ritual yang dilakukan anggota sekte itu. “Ritualnya misalnya satu perempuan melayani sembilan lelaki. Jadi mama saya ada di satu ruangan, lantas lelakinya antre satu-satu masuk ke dalam ruangan,” katanya. Menurutnya, siapa yang bisa menghamili ibunya dan anggota perempuan lainnya di sekte itu, maka sang pria akan mendapatkan piagam ritual. Para jemaat juga, kata dia, memiliki cincin pentagram dalam ritual seks bebas itu.
Jemaah itu mengatakan, ritual seks bebas yang dilakukan anggota sekte itu dilakukan berpindah-pindah. Mulai dari hotel sampai menyewa tempat khusus. Selain melakukan ritual seks bebas di mana satu wanita melayani beberapa lelaki secara bergantian, menurutnya ada juga ritual menindih binatang.
Ritual biasanya dilakukan pada hari libur Sabtu dan Minggu. Minggu bulan ini misalnya ritual dilakukan di Sumedang, bukan di Bandung. “Anggotanya banyak orang Pemda Bandung. Saya tahu semua. Misalnya atasan mama saya di kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung,” beber dia.
Tes Kejiwaan
Namun, polisi tak percaya begitu saja. Karena itu, polisi akan memeriksa kejiwaan Gilang. Pemeriksaan kejiwaan ini penting untuk mengetahui benar atau tidaknya informasi yang diberikan Gilang dalam pemeriksaan, sebab dialah yang mengatakan ada praktik seks bebas di kalangan Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Bandung.
“Kami sedang dalami kemungkinan dia stres. Kelihatannya dia memang agak tidak waras atau depresi. Maka kami perlu memeriksa psikologisnya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa dilakukan,” kata Kapolda jabar Irjen Pol Tubagus Anis Angkawijaya, Jumat (31/5).
Menurut Anis, kepolisian sudah memeriksa tiga saksi terkait beredarnya surat perintah palsu ritual seks bebas. Selain Gilang yang mengaku sebagai pengikut sekte seks bebas itu, dua lainnya merupakan nama-nama yang tercantum dalam surat perintah tersebut. Namun keterangan Gilang dalam pemeriksaan ternyata berlawanan dengan dua saksi lainnya.
Pengikut Sekte Seks Bebas, Gejala Gangguan Mental
Menurut Hasan Bisri, MA, dosen filsafat IAIN Sunan Ampel, adanya sekte seks bebas di sebagai imbas bagi orang-orang yang tak mampu menghadapi modernisasi yang begitu cepat. Dengan modernisasi dapat memicu penyimpangan-penyimpangan dalam agama, seperti orang cemas dan depresi karena tidak siap mengahadapi perubahan modernisasi.
Kalau orang yang imannya tidak kuat maka orang itu cepat depresi dan putus asa. Dikarenakan dunia yang sudah modern beberapa orang yang imannya tidak kuat ini memunculkan tingkah laku yang menyimpang dari aturan agama dan sosial. Kata Hasan, salah satunya sekte seks bebas ini.
”Gereja setan atau Lucifer ini di Amerika Serikat sudah jamak ditemui, dan di Indonesia ada di Bandung itu,” jelasnya. Menurut Hasan orang-orang beragama apapun apabila menjalankan agamanya dengan baik, maka orang itu akan terhindar dari gangguan mental. Psikis orang yang menjalankan agama dengan baik ini juga bakal akan lebih kuat daripada orang-orang yang tidak beragama.
”Penyimpangan tingkah laku ini seperti pengikut gereja setan menjadi gejala dari gangguan mental dan akan berakibat orang tersebut putus asa,” pungkasnya.
Dibantah, PNS Ikut Sekte Seks Bebas
Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusarda) Kota Bandung, Muhammad Anwar, mengaku tidak tahu menahu soal Steve dan Andreas. Kedua orang tersebut disebut-sebut pengikut sekte seks bebas dan menyebut banyak pegawai Perpusarda ikut aliran sesat itu.
"Saya tahu dari TV soal Steve dan Andreas. Jangankan kenal, tahu namanya saja dari tayangan TV. Dari 38 orang pegawai, di antaranya 29 PNS, tidak ada yang bernama itu," tegas Anwar di kantornya Jalan Caringin Kota Bandung, Jumat (31/5).
Anwar berharap, pengakuan Steve dan Andreas tersebut menjadi bahan penyelidikan lanjutan pihak kepolisian dalam mengungkap fitnah yang menimpa instansinya. Dia sangat menyadari polisi membutuhkan waktu dan bukti pendukung menangkap pelakunya.
"Fitnah ini menjauhkan ilmu, menimbulkan kerusakan bagi kami. Saya memohon diberikan kesabaran. Ini teror, ada yang membenci kami. Saya berharap fitnah ini tidak banyak yang tahu. Kasihan keluarga kami yang difitnah terlibat sekte sesat itu," tandasnya. (surabayapagi)