"Maklum, isu yang berkembang di masyarakat begitu kuat, sudah sepekan ini ada pocong bergentayangan," kata Syukur saat dihubungi Tempo, Ahad, 24 Juli 2011.
Semula, Syukur sedikit tak yakin kalau ada pocong. Dia lebih percaya jika aksi itu hanyalah ulah orang yang berniat jahat. "Bisa jadi dia itu pencuri yang berbaju pocong, tapi ya tetap kita sedikit takut untuk beraksi," kata dia.
Meski takut,Syukur akhirnya membentuk tim pemburu pocong yang diketuai Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Kenjeran, Ajun Komisaris Polisi Yudo Hariyono. Yudo sendiri dipilih karena dikenal sangat taat beribadah.
Sabtu, 23 Juli 2011 dini hari lalu, setelah dilakukan pengintaian sekitar satu jam, pocong ini akhirnya muncul. Setelah melakukan lompatan tiga kali tepat di depan balai RW III Kenjeran, si pocong lantas jongkok dan terdiam. "Kita tahu dia (pocong) jongkok, tapi untuk mendekatinya kami semula takut," ujar Syukur.
Untuk memastikan pocong itu jadi-jadian atau benar-benar pocong, petugas rela menunggu satu jam untuk melihat apakah kaki pocong ini menempel ke tanah atau tidak.
Ketika diketahui, si pocong ternyata pakai sandal, polisi langsung bergerak menyergapnya. Mengetahui aksinya kepergok, pocong sempat berlari, namun akhirnya tertangkap dan digelandang ke Markas Polsek Kenjeran.
Kepada petugas, si pocong mengaku bernama Bahrul Ulum, 21 tahun. Warga Kejawan Lor III, Kenjeran, Surabaya, itu mengaku dirinya mengenakan kain kafan putih dengan wajah dilumuri bedak putih dan sekitar mata diwarnai hitam hanya untuk iseng semata. "Dia itu nelayan, sambil menunggu ombak surut, dia sering menjadi pocong untuk menakut-nakuti orang pacaran di Kenjeran," ujar Syukur.
Meski sempat meresahkan, Bahrul hanya ditahan semalam. Selanjutnya, setelah didata, dia dilepaskan kembali. (TEMPOInteraktif)