Mereka yang tertarik untuk bergabung dengan `Patungan Usaha` dipersilakan mentransfer dana ke rekening atas nama Yusuf Mansur. Dalam brosur itu juga dijelaskan bahwa investor bisa memperoleh keuntungan bagi hasil sebesar 8 persen per tahun dari modal yang diinvestasikan.
Dijelaskan juga dalam brosur itu bahwa peserta akan mendapatkan pengembalian dana investasi berupa cash back setelah 10 tahun. Selanjutnya, peserta akan tetap mendapatkan bagi hasil usaha.
Prinsip bisnis investasi Yusuf Mansur ini sederhana. Dalam brosurnya, ada penjelasan sebagai berikut: "Alaikum Bil Jam'ah (wajib atas kalian bersatu) modal kecil punya usaha besar (Patungan Usaha) atau duit kecil beli barang besar (Patungan Aset). Ini dia filosofi patungan. Kita bisa kok dengan patungan, patungan sewa bus, sewa vila, usaha kecil--misalnya buka toko sampai patungan sekelas beli hadiah untuk wali kelas saat bagi rapor atau perpisahan."
7 Bisnis Spektakuler Incaran Yusuf Mansur
Nama dai kondang, Yusuf Mansur, belakangan membetot perhatian publik lantaran dituding menggarap perusahaan investasi yang menghimpun dana masyarakat. Diperkirakan dana yang sudah terkumpul mencapai Rp 500 miliar. Namun, investasi yang ia kumpulkan melalui program Patungan Usaha dan Patungan Aset itu, diduga belum memiliki izin.
Pengamat pasar modal, Yanuar Rizki, menyatakan, bisnis investasi yang dilakukan Yusuf Mansur ilegal. Sebab, setiap usaha yang menghimpun dana masyarakat hanya bisa dilakukan lembaga berizin. "Cita-citanya tidak salah. Di negara mana pun, penarikan dana masyarakat hanya bisa dilakukan lembaga berizin, "ujar Yanuar.
Ketika dikonfirmasi, Yusuf Mansur membantah kabar yang menyatakan ia mengelola dana investasi hingga Rp 500 miliar. "Wuah, kata siapa tuh? Ada-ada aje. Saya enggak paham beritanya. Mudah-mudahan beneran ya, hehe, aamiin," kata Yusuf kepada Tempo, Selasa, 16 Juli 2013.
Menurut Yusuf, ia tidak merasa mengelola investasi miliaran tersebut. Yusuf menjelaskan, aktifitasnya kini hanya sebatas ustad yang bertugas sebagai pengajar. "Termasuk ngajar bisnis, ngajar usaha. Itu saja, enggak ada yang istimewa. Selebihnya, mudah-mudahan semua berita (itu) jadi doa dan kebaikan," ujarnya.
Seperti yang termuat dalam situsnya, Yusuf menjanjikan dana yang terkumpul tersebut akan dijadikan berbagai bisnis dan usaha seperti hotel di kawasan Bandar Udara Soekarno-Hatta. Investor akan memperoleh imbal hasil 8 persen dan cashback (pengembalian dana) dalam waktu 10 tahun. Berikut bisnis yang diidam-idamkan Yusuf.
1. Hotel dan Apartemen
Dengan modal kecil dan dengan cita-cita besar, Yusuf Mansur menjaring dana masyarakat lewat program Patungan Usaha (PU) dan Patungan Aset (PA). Yusuf memutarkan uang hasil patungan tersebut di bisnis perhotelan. Yusuf akhirnya sukses mengakuisisi sebuah hotel dan apartemen dua menara bernama Topas, yang kelak akan diubah namanya menjadi Hotel Siti, di dekat kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Dalam situs Patungan Usaha, Yusuf Mansur menjelaskan, harga hotel dan apartemen Topas sekitar Rp 150 miliar. Setiap peserta menanamkan modal patungan Rp 12 juta. Yusuf membidik 15 ribu peserta untuk memuluskan proyek tersebut. Yusuf berharap para peserta ini datang dari anggota majelis taklim yang sering menghadiri ceramahnya.
2. Ladang Minyak Kazahkstan
Di samping hotel, dalam situs Patungan Usaha, Yusuf Mansur juga bercita-cita dapat mencaplok ladang minyak di Kazakhstan, yang belum digarap negara bekas pecahan Uni Soviet itu. Yusuf yang mendapatkan informasi dari koleganya di Pertamina mengatakan, butuh investasi hingga Rp 1 triliun untuk mencaplok ladang minyak di Kazakhstan itu.
3. Stasiun Televisi Swasta
Dengan modal patungan dari dana masyarakat, Yusuf Mansur juga berniat membeli dua stasiun televisi swasta. "Nih ya, stasiun televisi kesayangan saya sekarang tau, kan? Dan televisi 'sodaranya', alias 2 tv, bakal dilego sama pemiliknya. Atas izin Allah, sekitar Rp 10 triliun. Nah, itu kan industri strategis," kata Yusuf dalam situsnya.
Menurut dia, umat Islam sudah lama merindukan industri televisi. "Giliran ada yg dijual, kita ga bisa apa-apa. Dulu teriak-teriak. He-he-he.. Ayo dong bikin tv, ayo dong bikin tv. Nah, ada tv yang dijual, meneng wae, he he he. Meneng wae tuh bahasa kawan saya, artinya: diem aja. Sebab semua merasa itu Rp 10 T darimana? Padahal kan bisa. Patungan! Itu jawabannya."
Tidak jelas stasiun televisi mana yang dimaksudkan oleh Yusuf. Namun, pada April hingga Mei lalu Grup Bakrie berniat menjual PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) yang membawahi stasiun televisi TVOne, dan ANTV. Harga jualnya diperkirakan Rp 18 triliun. Meski belakangan kabar penjualan itu dibantah Aburizal Bakrie, pengendali Grup Bakrie. Saat ini, Yusuf Mansur sering tampil di Wisata Hati, yang ditayangkan ANTV
4. Lahan 4,7 Hektare
Yusuf Mansur sepertinya sangat optimistis dengan konsep Patungan Aset, yang dia usung. Dalam laman Patungan Usaha, Yusuf ingin memboyong sejumlah aset dan lahan penting. "Tapi ya itulah. Yang gede-gede banget, kita akan menuju itu. He-he-he, ngimpi aja dulu. Habis itu pray, dan action dah. Dan ini kan bukan sekedar dream biasa. Dah ada actionnya."
Proyek pertama dari program Patungan Aset, Yusuf ingin membeli sebuah lahan seluas 4,7 hektare di kawasan Bandara Soekarno-Hatta. Ia menawarkan pembelian dengan skema pembelian Rp 2 juta per meter. "Biar mudah sistemnya dibuat dalam bentuk Rp 2 juta per meter. Jadi kalau beli 2 meter berarti Rp 4 juta, beli 6 meter berarti Rp 12 juta," ujar Yusuf lagi.
Menurut Yusuf, di atas tanah seluas 4,7 hektare itu dia akan segera menggarap perkantoran, pergudangan, pendidikan, rest area, water-boom, rekreasi, pusat kuliner, masjid, dll.
5. Sawah di Sukabumi
Program Sedekah Sawah ini beda-beda tipis dengan Patungan Usaha dan Patungan Aset. Namun caranya saja yang sedikit berbeda. Yusuf menawarkan sawah kepada para nasabah yang lantas akan dikelola dan hasil dari sawah tersebut disumbangkan kepada orang yang kurang mampu. Dalam situsnya, untuk tahap pertama ada sebidang sawah di Sukabumi.
Harga tanahnya di sana sudah sekitar Rp 300 ribu per meter, namun Yusuf memberi garansi bahwa dia dapat membelinya jauh dari harga pasar, yakni Rp 70 ribu per meter. "Insya Allah tidak ada mark-up harga dan main-main. Sebab urusannya sedekah. Langsung sama Allah tanggung jawabnya," katanya. Dengan modal Rp 100 ribu per meter, kata Yusuf, nasabah bisa mengambil satu meter sawah.
6. Bank Muamalat
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengaku Yusuf Mansur pernah mengutarakan cita-citanya memiliki bank syariah. Dalam satu perbincangan, kata Dahlan, Yusuf mengatakan ingin membeli PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. "Dia bilang, masak umat Islam tidak punya bank?" kata Dahlan di kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Kamis, 18 Juli 2013.
Yusuf, kata Dahlan melanjutkan, ingin agar saham mayoritas Bank Muamalat kembali dikuasai Indonesia. Saat ini lebih dari 50 persen saham Bank Muamalat dikuasai pemodal asing. Sebanyak 32,7 persen saham dikuasai Islamic Development Bank, sedangkan 19 persen dan 17 persen lainnya dipegang oleh Atwill Holdings Limited dan National Bank of Kuwait.
"Mungkin enggak kalau tim dari Indonesia mengambil kembali saham itu," ujar Dahlan menirukan Yusuf. Dahlan menegaskan, Yusuf sangat yakin bahwa umat Islam Indonesia mampu membeli kembali Bank Muamalat. Dahlan mengilustrasikan, jika ada 10 juta donatur yang mau menyumbangkan uangnya masing-masing Rp 500 ribu, dana yang terkumpul tersebut bisa dibelikan saham Bank Muamalat atau bank syariah lain.
7. Bank Mutiara
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan dan Yusuf Mansyur ternyata kerap berbagi ide investasi. Kadang ide Dahlan dan Yusuf sangat liar dan bisa jadi menarik untuk diperbincangkan lebih jauh. Dahlan mengisahkan Yusuf Mansyur pernah terobsesi memiliki PT Bank Muamalat Indonesia. Ide itu pun dibalas Dahlan dengan ide lain yakni membeli PT Bank Mutiara Tbk. Hingga kini Lembaga Penjamin Simpanan yang menguasai Bank Mutiara belum menemukan investor baru untuk membeli bank bekas Bank Century itu.
Jika jadi membeli Bank Mutiara, kata Dahlan, Yusuf bisa saja mengubahnya menjadi bank syariah seperti impiannya. "Saya bilang, ayo beli Bank Mutiara karena sulit untuk membeli Bank Muamalat. Setelah dibeli namanya diganti jadi Bank Syariah Indonesia," kata Dahlan di kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Kamis 18 Juli 2013. Dahlan mengatakan wacana ini tengah dirampungkan oleh sebuah tim. (tempo)