Kediri - Rencana pemerintah menaikkan harga rokok mengancam perekonomian di Kota Kediri. Perekonomian 'Kota Tahu' ini dikhawatirkan bakal goyah, karena banyak warganya yang menggantungkan hidupnya dari rokok.
"78 persen warga Kota Kediri menggantungkan hidup ke perusahaan rokok. Tentunya, ini sulit bagi kami apabila pemerintah akan menaikkan harga rokok yang dapat berpengaruh terhadap perusahaan rokok," aku Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) di tvone, Rabu (23/8/2016) malam.
Kota Kediri menjadi salah satu daerah yang didiami perusahaan rokok yaitu, PT. Gudang Garam Tbk. Berdasarkan data yang dimiliki Pemerintah Kota Kediri, jumlah masyarakatnya yang bekerja di perusahaan rokok kurang lebih 17 ribu jiwa.
Jumlah ini sebenarnya menurun dari sebelumnya hingga 54 ribu jiwa. Penurunan jumlah karyawan ini disebabkan oleh kebijakan-kebijakan yang tidak memihak pada perusahaan rokok.
"Menurut kami, upaya untuk mengalihkan profesi baik itu karyawan pabrik rokok maupun masyarakat yang berjualan rokok tentunya tidak semudah membalikkan telapan tangan. Selama ini, kami telah berupaya menggalakkan UMKM (Usaha Mikor Kecil Menengah) dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap rokok, tetapi itu masih kecil," imbuhnya.
Mas Abu, panggilan akrab Walikota Kediri ini justru khawatir apabila pemerintah benar menaikkan harga rokok hingga Rp 50 ribu per bungkus, yang terjadi justru beredar rokok illegal. "Kalau larinya ke rokok linting, Negara tidak dapat apa-apa," ucapnya.
Kekhawatiran serupa diungkapkan oleh Mustofa Wardoyo, Bupati Kudus. Sebagai kepala daerah pihaknya tidak dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah, tetapi ia berbicara mengenai, kekhawatiran warganya apabila pemerintah benar-benar menaikkan harga rokok.
"Di Kudus, lebih dari 10 persen, atau sekitar 100 ribuan jiwa masyarakat kami bekerja sebagai pekerja pabrik rokok. Selama ini, berdirinya perusahaan rokok yaitu, Djarum sudah memberikan kontribusi yang besar baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat," katanya.
Acara ILC kali ini mengambil tema 'Negara Paceklik, Perokok Dicekik'. Dalam acara ini hadir berbagai pihak terkait rokok yang membahas rencana penaikkan harga rokok hingga Rp 50 ribu per bungkus. [nng/suf/beritajatim]