Surabaya – Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, mengungkapkan dua dari tiga terduga teroris di Surabaya merupakan mantan narapidana, yang menghabiskan masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Porong, Surabaya, Jawa Timur.
Di lapas itu, PHP dan BRN bertemu dengan Shibgoh, narapidana kasus terorisme yang terlibat dalam perampokan Bank CIMB Niaga di Medan, Sumatera Utara pada 2010 lalu. Dari Shibgoh, keduanya diduga mendapatkan doktrin paham radikal.
"Di Lapas Porong bertemu dengan narapida pelaku teror dan terjadi penyebaran paham radikalisme. Sedangkan keduanya terpengaruh juga dengan kelompok ISIS yang disebarluaskan melalui media sosial," tuturnya.
Untuk mencegah penyebaran paham radikal di lapas, Boy berharap, agar semua terpidana kasus terorisme bisa dipisahkan dari narapidana umum lain, dan tidak dicampur menjadi satu. "Mudah-mudahan kedepan bisa punya lapas khusus enggak dicampur sama kejahatan lainnya. Langkah ini terus dikembangkan," katanya.
Siapkan Aksi saat Ramadan
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri berhasil mengamankan tiga terduga teroris di Subaraya, Jawa Timur, Rabu, 8 Juni 2016. Mereka berinisial PHP, FN dan BRN. Dari hasil pemeriksaan, kepolisian mengungkapkan ketiganya telah menyiapkan rencana aksi teror atau yang kerap disebut oleh kelompok teroris sebagai kegiatan amaliah.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar mengatakan, ketiganya mau melakukan amaliah itu di tengah umat Islam sedang melakukan ibadah puasa Ramadan ini.
"Aksi amaliah di bulan suci Ramadan, terutama di Jawa Timur, Surabaya," kata Boy dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Juni 2016. Menurut Boy, ketiga terduga teroris itu berencana menyasar tempat hiburan dan keramaian di wilayah Jawa Timur. "Mereka melakukan penyerangan dengan bom yang disiapkan di sejumlah tempat umum, kantor petugas, mirip seperti MH Thamrin," tuturnya.
Dalam aksi ini, salah seorang di antara ketiga terduga teroris itu juga sudah disiapkan untuk menjadi martir. "Di antaranya mereka itu terutama PHP," ungkap Boy.
Boy bilang, PHP sudah disiapkan menjadi 'pengantin', istilah untuk orang yang akan menjadi pembawa bom bunuh diri. Dalam penggerebekan di tiga lokasi di Surabaya kemarin, tim Densus juga menemukan bahan peledak yang sudah disiapkan melekat pada sebuah rompi untuk dikenakan. "Ada tiga temuan bom untuk aktivitas bom bunuh diri, dan diletakkan di dalam rompi," ucapnya.
Tak hanya tiga bom itu, dari penggeledahan di tiga lokasi polisi juga menyita sejumlah barang bukti, diantaranya senjata api, bahan peledak, cairan kimia, alat pembuat bom, kabel, dan juga handphone.
Ketiga terduga teroris itu sampai saat ini masih ditahan tim Densus 88 Antiteror untuk diperiksa lebih lanjut. Polisi memiliki waktu 7 kali 24 jam sejak mereka ditangkap, untuk menetapkan status hukum pada mereka. (viva)