"Dia sempat sedih bahkan menangis saat ada komentar tentang Artav di internet," ujar Herman Suherman 45, ayah dari bocah yang biasa dipanggil Ival itu, saat ditemui detikINET di rumahnya di Gang Adiwinata No 9, Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
"Iya. Saya menangis. Karena ada yang bilang kalau ini (Artav - red) adalah program jahat yang merusak komputer. Padahal waktu itu hanya ada error saja. Tapi sekarang sudah benar kok," kata Ival malu-malu.
Tapi itu dulu, saat awal-awal Artav diperkenalkan ke publik melalui akun Facebook milik Ival. Sekarang semua komentar, baik pujian ataupun kritikan dianggapnya sebagai masukan dan cambuk baginya untuk terus menyempurnakan anti virus buatannya.
Artav merupakan anti virus buatan Ival dan kakaknya yang bernama Taufik Aditya Utama (17). Keduanya membagi tugas antara desain dan programing.
"Karena saya tidak bisa mendesain maka kakak saya yang desain tampilan Artav. Saya yang membuat semua programnya dan database," jelasnya.
Tampilan Artav yang cukup sederhana membuat mudah dan nyaman saat digunakan. Fitur-fiturnya pun terbilang cukup lengkap untuk ukuran antivirus lokal. Selain ada Realtime Protection, Ival juga menambahkan Anti Hacker, Mail Scanner, USB Protected dan Link Scanner di Artav. Bahkan di versi terbarunya 2.4, Artav juga menambahkan fitur Worm Detector dan Rootkit Detector.
"Itu saya tambahkan berdasarkan masukan dan permintaan dari yang pakai. Saya terus berusaha untuk memperbaiki kekurangan dari Artav. Saya dimotivasi oleh bapak agar jangan berkecil hati dan patah semangat saat dikritik. Bapak sering bilang bahwa dulu juga Windows tidak sebagus sekarang, banyak kekurangannya. Makanya saya ingin meneruskan sekolah di SMK. Biar bisa belajar tentang programing," tuturnya.
Prestasi Ival di sekolah juga terbilang cukup baik. Menurut penuturan salah seorang guru di SMP Negeri 48, tempat Ival sekolah, rata-rata nilainya cukup bagus.
"Cuma pelajaran Bahasa Sunda saya yang jelek nilainya," aku Ival. ( afz / ash )(detikinet)