Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya Jl. Ahmad Yani D-6 Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543 E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya Jl. Ahmad Yani D-6 Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543 E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Jakarta - DIbanding pemerintahan Orde Baru (Soeharto), era pemerintahan SBY-Boediono jauh lebih parah. Korupsi justru semakin tidak terkendali.
Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW), Danang Widoyoko, dalam diskusi dengan tema KKN dari Rezim ke Rezim di Rumah Perubahan Jalan Gajah Mada, Jakarta, Senin, (6/6) mengatakan, "Zaman Orde Baru korupsi lebih terkendali, terkontrol. Maksudnya pelan-pelan, merata, dan terus-menerus. Sekarang menyebar kemana-mana (daerah) dan dilakukan terang-terangan," katanya.
Rabu, 08 Juni 2011
Sama-sama Ingin Jadi Waralaba Korupsi
Era SBY Lebih Parah Ketimbang Soeharto
Korupsi di jaman Soeharto memang sangat tinggi, tapi diimbangi perkembangan perekonomian yang tinggi juga. Kata Danang, hal itulah yang memunculkan kesan baik di mata masyarakat. Wajar jika orde baru sudah lengser, masih banyak masyarakat yang rindu dengan perekonomian di jaman itu.
Saat itu memang, TNI, birokrasi, partai, pengusaha, dan kroni-kroni Soeharto turut ambil bagian merampok uang negara sehingga praktek korupsi seperti waralaba atau franchise.
Sebaliknya, pada era reformasi, dua kali masa pemerintahan SBY, korupsi justru dilakukan secara besar-besaran, bahkan hingga ke daerah-daerah. Lebih parah lagi, korupsi merambah institusi-institusi penegak hukum.
"SBY waktunya sangat pendek, lima tahun, sehingga korupsinya besar-besaran. Semua orang ingin menjadi waralaba korupsi," tegas Danang.
"Jumlah kasus korupsi mencapai ratusan, tapi yang mampu ditangani hanya puluhan saja. Orang menganggap, tertangkap tangan melakukan korupsi karena kurang beruntung saja," pungkas Danang. (huk/LI-07) (lensaindonesia.com)