Berbagai komunitas fotografi Kediri yang terdiri dari Fokker, Kosphy (Komunitas Foto dengan memakai fasilitas HP) dan komunitas fotografi dari mahasiswa serta masyarakat memenuhi undangan.
Menurut Denny salah satu panitia bedah buku mengatakan undangan yang dihadirkan dalam kegiatan saat ini memang sangat segmented terutama komunitas foto Kediri, kampus dan masyarakat pecinta fotografi.
Sekitar 60 peserta dengan serius dan antusias mendengarkan dan memperhatikan setiap kata dan perunjuk yang disampaikan Sri Sadono. “Memang ini yang kami harapkan dari bedah buku ini bisa efektif bagi peserta dengan undangan yang sangat terbatas tetapi bisa efektif.” Jelas Denny.
Dalam presentasinya Sri Sadono mengatakan pekerjaaannya merupakan ekspresi diri yang sangat menyenangkan karena merupakan hobi dan kepuasan batin dirinya. Selain itu beliau juga sangat senang dengan menulis buku karena terinspirasi dengan apa yang disampaikan Pramoedya dalam salah satu bukunya yaitu "Ikatlah Ilmu Dengan Buku".
Dengan alasan tersebut Sri Sadono semakin meningkatkan karya-karyanya baik berupa tulisan maupun foto-foto dokumen tentang Indonesia. Beliau juga menyadari bahwa kelemahan dari sejarah kita sejak dulu adalah lemahnya karya tulisan dan dokumen di Indonesia dibanding negara-negara maju. Hal ini ditambah lagi dengan kurangnya perhatian terhadap perawatan foto dan dokumen serta karya seni lainnya.
Ide menulis Ruang Bermain berawal dari salah satu karya fotonya yang menggambarkan tentang suatu permainan anak-anak yang dibimbing oleh seorang Ibu di taman bermain di salah satu sudut Kota Jakarta. Dalam permainan tersebut anak-anak diajari cara-cara berkonsentrasi dan menenangkan diri menghadapi berbagai masalah Ibukota yang menekan jiwa anak-anak perkotaan.
Dari momen tersebut akhirnya Sadono memburu berbagai ruang dan jenis mainan anak dari seluruh sudut kota Jakarta. Berbagai bentuk ruang bermain anak yang kurang layak digunakan dan dimanfaatkan serta dioptimalkan oleh anak-anak untuk ruang bermain. Seperti ruang publik sungai, makam, jalan, lokasi proyek dan lain-lain.
Menyadari kondisi tersebut Sri Sadono menyadari bahwa ruang bermain bagi anak-anak kota sangat penting sekali untuk perkembangan jiwanya. Kurangnya interaksi dengan keluarga mengakibatkan Anak Jakarta lebih cuek dengan ayah, ibu dan saudaranya serta lingkungannya. Menurut Sadono salah satu penyebab utama yang mengakibatkan fenomena ini adalah minimnya ruang publik anak.
Untuk itulah Sadono berharap kepada kota-kota besar lainnya sebelum mengembangkan tata ruang kota harus memperhatikan ruang publik bagi anak-anak jika tidak menginginkan di masa datang akan timbul masalah sosial terhadap anak-anak tersebut.
Dalam sesi diskusi Ahmad Saifulloh dari Nganjuk mengungkapkan bahwa sangat jarang sekali dijumpai kumpulan foto dalam sebuah buku seperti Ruang Bermain. Bisakah Ruang Bermain yang mengambil sisi ruang bermain di berbagai sudut Kota Jakarta direfleksikan dengan ruang bermain di pedesaan?
Menurut Sri Sadono lokasi pedesaan ruang bermain anak jauh lebih menarik divisualisasikan pada berbagai jenis permainan tradisional yang ada di pedesaan. Hal ini dikarenakan ruang bermain anak di desa masih lebih banyak dari perkotaan. Sedangkan jenis permainan tradisional aktif, kreatif serta positif perlu didokumentasikan dan jauh lebih menarik karena saat ini sudah terkikis teknologi.
Permainan anak di era modern saat ini memang sangat cepat perkembangannya seiring dengan modernisasi teknologi dan informasi. Sehinggga dengan demikian permainan tradisional bisa terkikis habis dàn seharusnya bisa diselamatkan dengan tulisan dan dokumentasi.
Sadono mengingatkan kegiatan fotografi terhadap ruang bermain anak juga harus dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana. Publikasi foto anak yang dapat menimbulkan dampak negatif seperti kekerasan, kriminal dan pelecehan seksual dapat berimplikasi terhadap pelanggaraan hukum. “Untuk itu saya katakan bahwa dokumen sangat penting, baik berupa kumpulan foto-foto ataupun berupa buku. Hal ini disebabkan Indonesia betul-betul kekurangan terhadap dikumentasi berbentuk visual seperti foto-foto ataupun video.” Ujar Sadono
Fungsi dan kepentingan dokumentasi tersebut memang saat ini belum terasa penting namun 5 tahun mendatang atau lebih lama lagi maka dokumen tersebut akan terasa sangat bernilai dan penting.
“Mempertajam dan memperdalam teknis fotografi dan menangkap isu-isu menarik di daerah serta mendokumentasikan karya-karya tersebut dalam suatu projek pribadi atau komunitas akan dapat meningkatkan kemampuan pribadi dan komunitas.” Jelas Sadono. “Yang terpenting lagi karya tersebut juga dapat menyelamatkan suatu potensi berharga dari suatu daerah atau bangsa melalui dokumentasi berupa kumpulan foto-foto atau buku. Sehingga dengan demikian kita meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi generasi di masa mendatang.” Tambah Sadono.
Terakhir Sadono mengajak kepada seluruh peserta, "mari mulai sekarang kita meningkatkan kegiatan fotografi dengan memvisualisasikan literasi budaya yang ada di daerah kita. Dengan mengaktualisasikan kedalam suatu projek pribadi atau komunitas karena hal tersebut dapat menyelamatkan budaya luhur daerah dan bangsa". Ajak Sadono. (ADV)