Menurut Plt. Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Kediri, Edhi Purwanto, SH., data yang dijadikan pembanding atau data yang dianalisa itu tidak bisa valid jika hanya data penumpang bus dan kereta api saja, apalagi jika yang dihitung cuma penumpang yang ada di terminal Pare saja.
"Dalam mengkaji konsep pembangunan bandara di Kabupaten Kediri ini harus dengan cara pandang atau cakrawala yang luas. Yang harus dilihat adalah data penumpang di bandara Juanda Surabaya, bukan penumpang bus atau MPU di terminal lokal," jelas Plt. Kabag Humas dan Protokol Edhi Purwanto, Rabu siang (12/1), kepada wartawan di ruang kerjanya.
Disampaikan Edhi, semua penumpang di bandara Juanda sebagian besar disertai dengan foto copy kartu tanda penduduk (KTP). Dari KTP itu bisa dilihat asal daerah penumpang yang bersangkutan. Belum lagi dengan potensi angkutan barang atau cargo, dimana di Kediri dan sekitarnya banyak industri-industri yang mana dalam pengiriman barangnya menggunakan angkutan udara.
Bandara Juanda saja mempunyai daya tampung sebesar 6,5 juta penumpang pertahun. Volume tahun 2009 telah mencapai 10,63 juta penumpang pertahun, dan tahun 2010 mencapai 11,13 juta penumpang pertahun. Tahun 2020 diestimasikan jumlah penumpang mencapai 16,13 juta penumpang pertahun.
Dari angka penumpang di bandara Juanda tersebut, jumlah penumpang yang berasal dari Kediri dan hinterlandnya yaitu 13 kabupaten/kota di Jawa Timur bagian barat, tahun 2010 mencapai 3.062.000 penumpang. Sementara tahun 2015 diproyeksikan mencapai 5.500.000 penumpang.
"Karena melayani Jawa Timur bagian barat, jika bandara Kediri selesai dibangun tahun 2015, maka potensi penumpangnya sudah diatas 1 juta pertahun, dimana dari jumlah tersebut sudah masuk kategori bandara besar. Apalagi jika mencapai 5 juta lebih, tentu ini sangat feasible. Belum lagi dilihat dari potensi angkutan barang melalui udara atau cargo yang biasa digunakan industri besar di Kediri," jelasnya.
Dari aspek teknis ruang udara, ini bisa dikoordinasikan dengan lembaga lain di bawah pemerintah pusat. Dari aspek lingkungan juga tidak ada masalah, karena di Kediri tidak ada hal-hal yang memberatkan seperti cagar alam, taman nasional, atau hutan lindung.
Dari aspek Cargo, juga sangat potensial. Pengiriman rokok antar pulau yang biasa dilakukan PT Gudang Garam juga sangat besar. Bagi perusahaan tersebut tentunya bisa menghemat ongkos pengiriman lewat angkutan darat dari Kediri menuju Surabaya. Untuk pengiriman sample produk-produk pertanian ke Jakarta juga akan lebih cepat menggunakan angkutan udara, sehingga sample tersebut bisa cepat dilihat pedagang antar daerah dalam keadaan segar, tidak keburu busuk. Hal ini akan memperlancar pula distribusi hasil-hasil pertanian ke daerah lain.
"Jika menggunakan wawasan sempit, maka tidak akan pas, karena skup pelayanan sebuah bandara ini akan mencakup juga daerah-daerah di sekitar bandara tersebut dibangun. Tentunya penumpang yang biasa menggunakan armada bus atau kereta api menuju kota-kota besar seperti Semarang, Jogjakarta, Bandung, Jakarta, Bali, dan kota-kota lain, akan memilih angkutan udara, karena bisa lebih cepat sehingga bisa efisiensi waktu, kesehatan, dan sebagainya. Apalagi dalam bisnis, efisiensi ini sangat diperhitungkan," tambahnya. (ed/adv)