Akhirnya, makanan tersebut tidak jadi dikonsumsi dan dibuang karena dikhawatirkan mengganggu kesehatan atlet.
Ketua Pengawas Pertandingan Sepakbola Poprov, Barnadi, mengaku akan segera melaporkan kejadian itu ke PB Porprov. Pihaknya menyatakan kecewa atas persoalan tersebut
"Penyedia konsumsi kurang profesional dalam menangani urusan makan atlet. Kasus nasi basi bagi atlet sepak bola terjadi akibat keterlambatan pengiriman oleh pihak katering. Makanan yang mestinya sudah tersedia pada pukul 18.30 WIB, molor setengah jam," kata Barnadi, Jumat (15/7/2011).
Berdasarkan informasi di lapangan, tidak semua item makanan yang basi dalam kotak itu. Tetapi hanya sayur-mayurnya. Sementara penyedia makanan tersebut dikabarkan adalah Katering Mirasa 2.
Yuyun, selaku pemilik Katering Mirasa 2 mengakui adalah informasi makanan atlet sepakbola yang basi. Menurut Yuyun, makanan yang basi tersebut diduga, karena banyak faktor.
"Kemungkinan dalam proses packing yang masih panas. Kemudian karena faktor X. Yaitu, lebih karena persaingan antar katering saja. Ini tidak bisa dipungkiri," kata Yuyun
Yuyun mengaku, hanya tim Kota Kediri yang mengeluhkan, makanan itu basi. Sementara tim dari Sidoarjo, justru memuji kelezatan makanan. Menurutnya, makanan yang basi tersebut sudah langsung diganti.
Ternyata, Beberapa Daerah Juga Disuguhi Makanan Basi
Selain Tim Sepakbola Kediri, atlet Pencak Silat Kota Pasuruan dan beberapa daerah lainnya juga disuguhi makanan basi pada pelaksanaan Porprov III di Kediri.
Bahkan, sejumlah manajer mengaku geram karena selama dua hari ini, sarapan yang didapat menunya sama, bahkan dalam kondisi basi. "Selama dua hari, kami sarapan dengan makanan basi dan menu yang sama. Sama sekali tidak ada perubahan menu selama kami menginap," terang manajer kontingen Kota Pasuruan, Wahyudi.
Tak hanya Pasuruan, Sumenep, Kabupaten Kediri, dan juga Kabupaten Pasuruan mengeluhkan hal serupa. Perlu diketahui, venues silat, Wisma Bethlehem berada di kawasan wisata religi Pohsarang, Kabupaten Kediri. Lokasi itu memang tidak ada fasilitas umum, seperti makanan, minuman dan obat-obatan.
"Kami meminta kepada PB Porprov mencari solusi masalah ini. Minimal ada panpel yang selalu stand by di setiap venues," harap Wahyudi.
Sebenarnya, atlet bisa saja mengonsumsi makanan dari kafe di hotel. Tapi, faktor harga menjadi kendala. Selain itu, makanan atlet juga memiliki standard gizi dan porsi khusus.
Sementara itu, technical delegate pencak silat, Boyke Santoso mengaku tidak bisa berbuat banyak karena baru tiba hari ini. "Problemnya apa, kok saya tiba-tiba langsung diberondong dengan berbagai keluhan," urainya.
Sayang hingga berita ini diturunkan, bagian konsumsi PB Porprov, Aliadi tidak bisa hubungi.
Sementara itu, koordinator Posko Porprov, Suwanto mengatakan sudah menerima keluhan dari atlet itu. "Kami akan koordinasi dulu dengan panitia terkait untuk penyelesaian masalah ini," ujar Suwanto. (beritajatim)