Dari Pasar Tanah Abang di Jakarta hingga kawasan terminal di Bandung. Proses penangkapan ini bersdasarkan pemantauan langsung polisi dan laporan dari masyarakat yang resah.
Para preman itu didata secara cermat. Ada yang menyaru menjadi tukang parkir liar, dan meminta uang secara paksa. Menjadi penagih utang atau debt collector, sampai menjadi pengamen dengan nyanyian yang tak jelas tapi meminta uang sembari mengancam. Mereka yang menyaru sebagai pengamen itu tentu saja meresahkan para penumpang.
Di Tanah Abang, Jakarta Pusat misalnya, polisi yang tidak memakai seragam, menyisir kawasan pasar untuk mencari sejumlah orang yang diduga preman. Berdasarkan laporan warga, wilayah Tanah Abang marak dengan aksi pemerasan kepada kepada pengendara mobil. Preman yang menyamar sebagai tukang parkir kerap meminta uang parkir dalam jumlah yang tak wajar kepada para pengendara. Tentu saja dengan muka memaksa.
Dari hasil operasi itu, Polsek Metro Tanah Abang menangkap 26 orang yang diduga preman. Polisi menemukan barang bukti berupa karcis parkir tidak resmi, serta beberapa paket sabu dan ganja. Sementara di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, polisi juga menangkap tiga preman yang sedang menengak minuman beralkohol di sebuah warung.
Polisi juga menangkap setidaknya 20 orang yang diduga preman di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Penangkapan itu dilakukan berdasarkan laporan warga di sana. Aksi para preman ini sudah menganggu kenyamanan warga dan mereka yang datang ke pasar itu. Polisi juga menangkap sejumlah preman dari berbagai tempat di Jakarta Utara.
Selain di Jakarta, operasi penangkapan para preman juga berlangsung di sejumlah kota di Indonesia. Sebabnya juga sama. Para preman itu dianggap sudah sangat meresahkan dan menganggu kenyamanan warga.
Di Banten, Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Tangerang menangkap 200 preman yang dinilai meresahkan warga. Salah satunya adalah Daud, lelaki 28 tahun yang tinggal di Kotabumi, Tangerang. Debt collector itu ditangkap karena membawa senjata tajam jenis pisau lipat. Ketika ditangkap, Daud sedang menunggu kendaraan bermotor yang angsuran kreditnya bermasalah. Selain para preman, polisi juga menangkap sejumlah anak gelandangan. (Nonton video penangkapan itu di sini)
Di Bekasi, Jawa Barat, Polresta Kota Bekasi menangkap 60 preman yang kebanyakan berprofesi sebagai tukang parkir liar dan pengamen jalanan. “Mereka kami tangkap karena sudah banyak pengaduan dari masyarakat yang mengaku resah dengan keberadaan para preman,” kata Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bekasi Kota, AKP Dubbel Manalu, Rabu 10 April 2013.
Para preman tersebut dalam setiap aksinya kerap memaksa meminta uang dari warga. “Mereka yang jadi tukang parkir liar, minta bayaran yang tidak wajar. Dikasih Rp1.000, minta lagi. Begitu juga pengamen. Dikasih uang Rp500, dilempar dan minta Rp1.000,” katanya.
Proses penangkapan para preman itu juga berlangsung di Semarang, Jawa Tengah. Setidaknya sudah 42 orang yang ditangkap. Seperti di sejumlah kota lain, para preman di Semarang itu juga ditangkap karena sudah meresahkan warga. Setelah ditangkap mereka akan dibina.
Kepolisian memastikan bahwa operasi tumpas preman ini akan digelar secara rutin demi menciptakan rasa aman bagi warga. Ratusan preman yang terjaring razia itu selanjutnya akan dibina oleh Dinas Sosial. Namun mereka yang membawa senjata tajam dan berjudi akan diproses hukum lebih lanjut oleh kepolisian.
Warga Senang
Warga sangat senang dengan operasi penertiban para preman ini. Karena memang sudah sangat menganggu. Dalam instruksinya dua pekan lalu Presiden SBY secara tegas memerintahkan Kapolri bertindak tegas menyingkirkan premanisme dan semua bentuk organisasi kriminal.
“Jalan-jalan dan tempat-tempat umum harus bersih dari semua bentuk premanisme yang mengancam harta benda dan nyawa. Warga harus merasa aman di manapun dan di semua waktu, siang dan malam,” kata Presiden SBY melalui Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparringa.
Selain warga, aparat pemerintah juga senang dengan operasi para preman ini. Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengaku bahwa selama ini selalu kesulitan menertibkan parkir liar. Karena ada preman yang jaga. Padahal parkir liar di bahu jalan itu seringkali membuat kemacetan menjadi kian ruwet.
"Itu preman semua. Saya happy banget waktu mereka ditangkap polisi. Kami selama ini kesulitan menertibkan mereka," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu 10 April 2013. Selama ini para preman itu susah diatasi, karena Dishub tidak memiliki wewenang. "Kami punya tim khusus. Cuma baru sanggup menertibkan pakaian yang dipakai para preman di parkiran liar," katanya
Maraknya parkir liar yang dijaga para preman itu, kata Pristono, lantaran masyarakat juga sering memberi uang. "Jangan kasih uang kepada mereka kalau berada di tempat resmi. Kalau mereka memaksa, laporkan polisi. Ini masuk ranah kriminal," katanya.
Soal preman dan lahan parkir itu memang terjadi di banyak tempat. Pekan lalu, kepolisian dari Polda Metro Jaya menangkap puluhan preman yang beroperasi di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta. Para preman ini memasang harga parkir Rp5000 tiap kendaraan. Padahal pengendara sudah membayar parkir resmi di pintu masuk. (viva)