Jakarta -- Panitia Parade Bhinneka Tunggal Ika membantah bahwa aksi massa yang digelar pada Sabtu, 19 November 2016 lalu, adalah demonstrasi bayaran. Parade ini diselenggarakan oleh kelompok-kelompok sipil dan semua dana pelaksanaan parade ini berasal dari crowdfunding.
Sejumlah nama yang menjadi inisiator Parade Bhinneka Tunggal Ika yakni, Tsamara Amany, Nong Darol Mahmada, Raja Juli Antoni, Hasan Nasbi, Netty, Budiman Sudjatmiko, Thomas N, Thowik, Mariya Mubarika, dan Ulin Yusron.
"Parade ini diselenggarakan oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil untuk menegaskan dan menguatkan kembali kebhinnekaan kita sebagai sebuah bangsa. Bangsa kita lahir dan menjadi kuat karena kebhinnekaan yang belakangan ini tampak mulai tercabik-cabik," demikian pernyataan inisiator Parade Bhinneka Tunggal Ika seperti dikutip dari siaran persnya di Jakarta, Minggu, 20 November 2016.
Oleh karena itu seluruh elemen bangsa yang ingin mempertahankan kebhinnekaan Indonesia perlu tampil dan berbicara lantang di depan publik. Secara khusus parade ini bertujuan untuk, merawat Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan kebhinnekaan Indonesia.
Mempertahankan pemerintahan yang terpilih secara konstitusional. Serta, menyerukan penegakan hukum yang tidak bisa diintervensi pihak mana pun.
"Acara yang kami gagas ini bentuknya parade yang bersifat ceria, bahagia, menghibur, serta jauh dari semangat kebencian dan hujatan kepada pihak manapun. Perlu ditegaskan juga bahwa acara ini tidak terkait dengan hiruk-pikuk politik praktis pada saat sekarang ini," kata siaran pers tersebut.
Pihak panitia juga memohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan karena tercantumnya nama-nama tokoh agama, budayawan dan pekerja seni melalui sosial media yang mengatasnamakan Parade Bhinneka Tunggal Ika. Dapat dipastikan bahwa sebagian besar nama-nama yang tercantum adalah hasil editan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. (viva)