Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Klaten, Sri Sumanto, di Klaten, Minggu, mengatakan, masuknya kain batik asal China telah menggusur keberadaan batik lokal, termasuk batik tulis alami, sehingga produk tersebut terancam punah karena pangsa pasarnya makin sedikit.
"Beberapa waktu lalu sudah ada keluhan dari beberapa pihak mengenai gempuran batik dari China ke Klaten, termasuk dari para perajin batik tulis alami karena produk mereka kalah murah dengan produk impor," katanya.
Menurut dia, batik tulis alami asal Klaten kualitasnya jauh lebih bagus dari kain batik asal China, tetapi tingkat ekonomi masyarakat saat ini membuat mereka lebih memilih produk dengan harga murah tanpa begitu memedulikan kualitas.
"Untuk menghindari produk batik lokal makin tergusur, kami akan bekerja sama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Klaten untuk menyelamatkan batik lokal," katanya.
Upaya yang telah dilakukan Pemkab untuk menaikkan jumlah penjualan produk lokal tersebut salah satunya dengan menawarkan kepada produsen untuk menjual produknya secara "online" dengan fasilitas internet.
"Kami usulkan para produsen memiliki toko online sehingga wilayah pemasaran mereka tidak terbatas di dekat-dekat sini saja, melainkan bisa ke seluruh wilayah di Indonesia, bahkan luar negeri," kata Sumanto.
Tetapi hal tersebut ternyata belum bisa dilakukan para perajin dan produsen karena mereka menyatakan belum siap, yakni terkendala sumber daya manusia untuk menjalankan pemasaran secara "online".
Sementara itu, para perajin batik tulis di Klaten, tepatnya di Desa Kebon, Kecamatan Bayat, mengakui masih optimistis dalam menjalankan usahanya meski ada gempuran produk dari China.
"Proses pembuatan produk batik kami memang tergolong lama dan harganya lebih mahal dari produk luar, tetapi hasilnya jauh lebih memuaskan. Oleh karena itu kami optimistis usaha ini akan berkembang," kata Dalmini, salah satu perajin. (ANT-279)