Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Jakarta - Di tangan Wim Rijsbergen, tim nasional senior Indonesia tidak satupun meraih poin di ajang pra kualifikasi Piala Dunia 2014. Alih-alih mau mendapatkan satu poin saja, nasib Indonesia sangat mengenaskan setelah melakoni empat pertandingan dengan empat kekalahan pula.
Selasa, 15 Nopember 2011

Timnas Indonesia Korban Pembodohan Wim Risjbergen
Dibantai Iran 3-0 pada matchday pertama, duka Indonesia berlanjut ke tanah air saat kalah 2-0 dari Bahrain pada mathday kedua yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Belum sempat luka kedua terobati, pasukan Garuda kembali menelan kekalahan atas Qatar 2-3 juga di kandang sendiri.

Duka itu terus berlanjut saat Garuda dicabik-cabik 4-0 oleh Qatar pada matchday keempat yang berlangsung Stadion Jassim Bin Hamad, Doha, Qatar, Sabtu (12/11/2011). Dengan demikian, habislah sudah peluang Indonesia untuk melaju ke fase kualifikasi Piala Dunia selanjutnya.

Sebagai pelatih, Wim tentunya harus mempertanggungjawabkan kinerja buruk yang telah ditorehkan di empat pertandingan tersebut. Janji Wim yang kerap didengungkan ingin menjadikan Indonesia menganut sepakbola menyerang seperti Belanda dan Barcelona sangat jauh kenyataan.

"Apalagi yang mau diharapkan dari seorang Wim?semua janji-janjinya tidak ada yang terealisasi. Tidak ada solusi darinya, taktiknya juga tidak jelas. Ini seperti pembodohan dan tim Merah Putih adalah korban keputusan-keputusan tidak strategis yang dilakukan Wim," kata Pengamat Sepakbola Nasional, Tommi Welly kepada Tribunnews.

Kebijakan yang dimaksud Tomi adalah keputusan-keputusan ganjil yang kerap diambil pelatih asal Belanda itu sebelum atau saat pertandingan berlangsung. Ia mempertanyakan pemanggilan beberapa pemain veteran yang dibawa Wim ke Qatar.

"Apa proyeksi Wim memanggil pemain-pemain yang sudah berumur? Dia menarik Firman Utina digantikan Ilham, Toni Sucipto digantikan Mahyadi Panggabean, apa perubahan yang terjadi?toh, tidak ada pengaruh terhadap permainan Indonesia menghadapi Qatar," ujar Tomi.

Pria yang biasa disapa akrab Towel ini lalu mempertanyakan kapasitas Wim sebagai  juru taktik timnas yang dinilainya tidak bisa memberi solusi saat Indonesia berada dalam tekanan. Parahnya lagi, sebelum pertandingan berlangsung Wim telah menciptakan mindset negatif bahwa level Indonesia berada di bawah lawan.

"Kita memang harus mengakui bahwa Indonesia masih dibawah Qatar, Iran dan Bahrain. Bolehlah dikatakan peluang kita untuk lolos sudah berat, tapi masyarakat akan terhibur jika melihat timnas kita main lebih berkarakter dan enak ditonton," tambah Towel.

Towel lalu memberi contoh kekalahan Indonesia di ajang Piala Asia 2007 dan AFF 2010 lalu. Indonesia di dua even itu memang gagal tapi publik cukup puas karena penampilan Indonesia yang berkarakter dan sangat tampak adanya kerja keras dari tim pelatih.

"Dari segi gesture Wim adalah pelatih yang paling kalem. Dia hanya duduk di bench, tidak pernah memberi instruksi, Wim tidak pernah hadir saat pemain butuh solusi darinya, beda dengan pelatih-pelatih lain di grup E yang sangat reaktif saat timnya dalam tekanan. Wim seperti minder di setiap pertandingan," katanya. (tribunnews)
Wim_Awasi_Latihan_Timnas
      Berita Daerah  :

      Berita Nasional :