Indonesia tertinggal lebih dahulu lewat gol Abdulaziz Al-Sulati di menit 13. Lalu, striker naturalisasi Christian 'El Loco' Gonzales membuat publik tuan rumah di Senayan bersorak dengan gol balasannya di menit 26. Gol pertama dalam tiga laga PPD Grup E ini menaikkan moral Tim Merah Putih. Apalagi, sebelum terciptanya gol itu, beberapa kali para pemain Timnas mampu menembus pertahanan Qatar.
Menurut bek tengah Hamka Hamzah, mental rekan-rekan setimnya memang mulai meningkat. Itu tak lepas dari hasil seri 0-0 dalam laga uji coba melawan Arab Saudi di Malaysia, 7 Oktober 2011. "Melawan Arab kemarin membuat mental kami bertambah kuat, apalagi dengan hasil seri yang berhasil diraih," ujar Hamka. Meski demikian, Hamka mengakui stamina para pemain cukup tergerus saat menghadapi skuad besutan Frank Rijkaard itu. "Kami latihan hanya beberapa hari dan bertanding melawan Arab. Stamina kami belum cukup dan melebihi kapasitas kami. Tapi segi positifnya, mental pemain bertambah kuat."
Sayangnya, Timnas kembali kecolongan di menit 32 lewat tendangan voli Khalfan Ibrahim mengecoh kiper Ferry Rotinsulu yang terlalu jauh meninggalkan gawangnya. Beruntung, Indonesia punya Gonzales yang kembali menjadi penyelamat Merah Putih. Pada menit 35, El Loco berhasil menjebol gawang kiper Baba Nalick sekaligus mengubah kedudukan menjadi 2-2 sampai babak pertama berakhir.
Para pemain Timnas memasuki lapangan dengan penuh keyakinan di babak kedua setelah mampu menyuguhkan permainan memikat di babak pertama. Tapi, lagi-lagi Timnas kecolongan di menit 59 lewat tendangan Mohammed Razak untuk mengubah kedudukan 3-2 bagi Qatar. Pelatih Wim Rijsbergen kembali melakukan blunder strategi di 15 menit terakhir. Alih-alih mengejar ketertinggalan dan menyerang, ia malah memasukkan dua gelandang bertahan. Purwaka Yudhi yang beberapa kali memberikan umpan bagus digantikan Ahmad Bustomi. Playmaker Firman Utina juga digantikan oleh Hariono.
Padahal, waktu 15 menit masih cukup terbuka untuk mengejar ketertinggalan. Misalnya dengan memasukkan penyerang tambahan karena duet Bambang Pamungkas dan Christian Gonzales yang sudah berusia kepala 3 sudah mulai kelelahan. Wim baru memasukkan Yongki Aribowo di menit 87 menggantikan Hamka Hamzah. Pergantian yang terbilang telat karena waktu tersisa 3 menit lagi. Hasil akhir 2-3 menjadi hattrick kekalahan bagi Timnas Indonesia. Sebaliknya, Qatar bersuka karena berhasil membukukan kemenangan di Grup E.
Peluang lolos dari grup pun nyaris musnah. Timnas tetap berada di dasar klasemen Grup E seusai menderita dua kekalahan lawan Iran 0-3 dan Bahrain 0-2. Memang masih ada tiga laga lagi di Grup E, tapi Tim Merah Putih akan kesulitan. Bayangkan, Tim Merah Putih belum meraih satu poin pun. Sedangkan rivalnya di Grup E, Qatar sudah meraih 5 poin, Iran dan Bahrain 4 poin.
Tim asuhan Wim Rijsbergen ini akan melakoni mission impossible pada laga-laga berikut. Logikanya, di kandang saja Indonesia gagal memetik poin, apalagi di kandang lawan.
Maklum, Indonesia giliran dijamu Qatar (11 November 2011), menjamu Iran (15 November 2011) dan dijamu Bahrain (29 Februari 2012). Dua laga tandang di Timur Tengah itu akan menjadi 'neraka' bagi Timnas. Itu jika berkaca kepada kekalahan telak 0-3 di kandang Iran.
Minim Dukungan
Timnas mulai kehilangan dukungan pada laga melawan Qatar. Ini terlihat dari penjualan tiket yang seret. H-1 pertandingan, tiket baru terjual 13,5 persen ribu dari 65 ribu yang dicetak. SUGBK terlihat 'kosong' karena stadion yang berkapasitas 88.000 penonton ini hanya diisi 20.000 penonton. Menurut suporter, ada beberapa alasan yang menyebabkan animo penonton turun. Pertama adalah kekecewaan terhadap kepemimpinan pelatih Wim Rijsbergen yang dinilai tak lebih baik dari Alfred Riedl. Selain itu carut marut kepengurusan PSSI di bawah pimpinan Djohar Arifin Husin juga ikut mempengaruhi semangat fans Merah Putih.
"Banyak teman yang tidak simpati dengan pelatih Wim Rijsbergen. Apalagi, persoalan PSSI juga belum selesai. Teman-teman jadi malas datang ke stadion," ujar Kartika, suporter timnas asal Bekasi diamini teman-temannya. Seretnya penjualan tiket dikeluhkan RajaKarcis, salah satu ticket box di luar Stadion Utama Gelora Bung Karno. Manajer operasional RajaKarcis, Sinta Gustiningrum mengaku penjualan tiket mereka terjun bebas di banding laga-laga sebelumnya.
RajaKarcis mendapatkan kuota 13 ribu tiket untuk seluruh kategori dari PSSI. Sinta mengungkapkan, kondisi seperti ini baru kali pertama terjadi setelah 2 tahun bekerjasama dengan PSSI. "Nggak pernah sesepi ini. Sejak sebelum AFF 2010 lalu, baru pertandingan ini yang minim antusiasme." Hal ini memang cukup mengejutkan. Pasalnya, pada laga sebelumnya di mana Indonesia menjamu Bahrain, RajaKarcis mampu menjual 14 ribu tiket.
"Saat saya bertanya-tanya kepada masyarakat yang kerap membeli tiket di sini (Raja Karcis), ada beberapa alasan mengapa antusiasme masyarakat menurun. Di antaranya karena di laga terakhir, Timnas kalah. Kemudian statement pelatih Belanda (konflik pelatih-pemain). Dan kabarnya ada boikot juga dari sejumlah pihak," beber Sinta.
Salah satu penyebab minimnya dukungan Timnas ini karena boikot The Jakmania. Pendukung fanatik Persija Jakarta ini sepakat tidak hadir di stadion dan mendukung Tim Garuda. Padahal, selama ini Jakmania dengan warna oranyenya begitu mewarnai setiap laga Timnas.
"Kami tidak memberangkatkan teman-teman ke sana," kata Sekretaris Jenderal Jakmania, Richard Achmad, Selasa 11 Oktober 2011. Richard menjelaskan ada dua hal yang melatarbelakangi tindakan mereka ini. "Pertama, kami mempertanyakan kinerja Exco PSSI yang carut marut dan tidak membereskan masalah yang ada. Kedua, karena keputusan PSSI mengenai masalah internal Persija."
"Biasanya, minimal ada 10 ribu Jakmania yang datang dan mendukung Timnas. Dari rapat internal semalam kami memutuskan tidak datang," lanjutnya. The Jakmania akhirnya hanya mendukung Timnas lewat layar kaca alias televisi.
PSSI di bawah kepengurusan Djohar Arifin Husin memang banyak mengeluarkan keputusan yang berakibat blunder. Dualisme di Persija dan Arema bukti PSSI bukannya mempersatukan sepakbola Indonesia, tapi malah memecah belahnya. Akibat penonton sepi, para pedagang merchandise Timnas pun ikut merugi. Mereka ramai-ramai membanting harga daripada tidak mendapatkan uang untuk dibawa pulang. (VIVAnews)