PIDIE JAYA -- majalahbuser.com, Hingga hari ke empat Bencana Gempa di Pidie Jaya, Ratusan Pengungsi di sejumlah titik pengungsian pedalaman Kecamatan Trienggadeng, dilaporkan belum mendapat bantuan Sembako serta pakaian.
Nuraiani Muhammad (52) warga Gampong Pulo Raya Peuduek, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya kepada awak media mengatakan, sampai hari ini 40 warga dari 11 Kepala Keluarga (KK) yang menempati tempat pengungsian belum mendapat bantuan apapun dari pihak Pemerintah.
"Rumah kediaman kami telah luluh lantak akibat Gempa sehingga harus mengungsi, namun sampai hari ini bantuan sembako belum disalurkan sama sekali," ujarnya.
Kondisi ini sangatlah miris mengingat kondisi nasib yang sama juga dialami oleh warga lain tapi, mereka mendapat bantuan secara melimpah terutama korban yang menempati tenda-tenda pengungsi di pusat kecamatan.
Sementara pengungsi di pedalaman kecamatan luput dari sentuhan perhatian. Karenanya, ia meminta Pemerintah khususnya Koordinator Pengungsi di Kecamatan untuk dapat menyalurkan bantuan secara merata. "Mohon kepada kami di sini agar tidak di Diskriminasi," harapnya.
Terpisah, pengungsi Korban Gempadi Pijay juga mulai menghadapi masalah Kesehatan seperti Gatal-gatal, Ispa, Diare, dan Demam termasuk menyerang Anak -anak. Stok Obat dilaporkan minim karena jumlah masyarakat yang dilayani terus meningkat.
Pada hari ke-4 Pasca Gempa, Sabtu, 10 Desember 2016, Awak Media mendatangi beberapa Titik Pengungsian di Pijay dan Terpantau Pengungsi belum Tertangani dengan baik. Misalnya, Pengungsi di Gampong Baroh Musa, Kecamatan Bandar Baru, Gampong Tu, Kecamatan Panteraja, dan Gampong Mee Pangwa, Kecamatan Trienggadeng.
Koordinator Pengungsi Gampong Tu, Hezlizar kepada Awak Media membenarkan banyak anak di Kamp Pengungsian Gampong Tu diserang a Gatal-gatal dan Mancret. Pengungsi di Gampong Tu ditangani Relawan Mahasiswa Kedokteran dari Universitas Malikus Saleh (Unimal) Lhokseumawe.
“Mereka yang selama ini memberikan Pelayanan Kesehatan kepada kami tetapi stok obat yang mereka bawa telah menipis,” kata Heslizar.
Dua dokter Unimal, dr Fani dan Vona yang dimintai keterangannya menjelaskan, mereka terkendala memberikan Pelayanan Kesehatan kepada Pengungsi di Gampong Tu karena Stok Obat tidak mencukupi, seperti Obat Anti Nyeri, Asam Urat, Diare dan Vitamim. Anak-anak banyak diserang Mencret.
“Stok Obat hanya bertahan untuk hari ini, besok tidak ada lagi. Warga kita arahkan ke Puskesmas Panteraja setelah kita periksa di Pengungsian,” kata Fani dibenarkan Vona.
Koordinator Pengungsi Gampong Mee Pangwa, M Yusuf (54) mengungkapkan kunjungan dokter ke lokasi Pengungsian Gampong Mee Pangwa sangat kurang. Padahal, banyak Pengungsi yang terserang Penyakit, terutama Anak -anak umur 1-3 tahun. Sementara orang Dewasa diserang Gatal-gatal. (serambi/andri)