Kediri - majalahbuser.com, Pemerintah Kota Kediri menegaskan tidak akan mencampuri pengelolaan klub sepak bola Persik Kediri. Pemerintah daerah setempat sebelumnya didesak melakukan penyelamatan atas kondisi keuangan klub yang sedang tertatih karena dibekap utang itu.
“Saya tidak akan mau mencampuri urusan manajemen,” kata Wali Kota Abdullah Abubakar menegaskan, Rabu 16 Maret 2016.
Abdullah Abubakar memilih tetap berada di luar garis. Dia bergeming sekalipun masyarakat dan suporter Persik Kediri alias Persikmania berharap kepadanya untuk turun gelanggang lewat anggaran keuangan daerah.
Namun, Abdullah menambahkan, pemerintah akan tetap memfasilitasi klub sepak bola kebanggaan masyarakat Kediri itu dengan meminjamkan Stadion Brawijaya untuk tempat latihan sekaligus pertandingan. Selain itu pemerintah daerah juga menjanjikan bantuan peminjaman mess untuk tempat tinggal pemain.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Kediri Apip Permana menjelaskan, pemerintah terikat regulasi untuk tak mencampuri urusan sepak bola. Itu sebabnya meski kondisi keuangan klub tengah kembang kempis, pemerintah tak lagi bisa mengucurkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kepada klub berjuluk Macan Putih ini.
“Jadi bukan pemerintah tak mau membantu, memang aturannya demikian,” kata Apip.
Persoalan krusial yang dihadapi manajemen Persik adalah tanggungan utang dan pembayaran gaji pemain yang macet. Hingga saat ini manajemen Persik terhitung masih memiliki tanggungan gaji empat bulan kepada pemain selama sisa musim ini.
Namun karena kondisi keuangan yang terpuruk, gaji itu dirasionalisasi menjadi dua bulan untuk 25 orang pemain dan pelatih.
Meski dalam kondisi sulit, manajemen Persik tetap ngotot bisa mengikuti Indonesia Super Competition (ISC) yang akan bergulir bulan April 2016. Mereka berharap pemerintah daerah bisa membantu tim tersebut dari segi pendanaan.
“Kami berharap bantuan dari manapun agar bisa ikut kompetisi,” kata Sekretaris Umum Persik Barnadi. (adv/humas)