Demikian dijelaskan Bupati Kediri Haryanti Sutrisno di hadapan Muspika serta ratusan anggota Muslimat NU se- Kecamatan Plemahan pada Selasa pagi (31/5) di Desa Plemahan Kecamatan Plemahan. Penjelasan ini disampaikan pada acara peletakan batu pertama pembangunan Paud-TK NU Terpadu di Desa Plemahan.
Moh. Rois selaku Ketua MWC NU Kecamatan Plemahan menyampaikan bahwa Paud-TK ini dibangun di atas lahan seluas 1700 m2. Lahan ini dulunya merupakan milik warga setempat dan telah diwakafkan sejak tahun 1999. Bangunan PAUD-TK ini sendiri direncanakan terdiri dari dua lantai dan enam kelas.
Terkait dengan bangunan, Haryanti mengingatkan untuk lebih memperhatikan faktor keselamatan, terutama karena sebagian besar pengguna bangunan sekolah ini nantinya adalah anak-anak. Selain itu, Haryanti juga berjanji akan memberikan bantuan berupa mainan untuk lebih melengkapi PAUD-TK NU Terpadu ini.
“Kalau sudah jadi, saya akan memberikan bantuan berupa sarana bermain seperti jungkat-jungkit, ayunan atau area mandi bola, sehingga anak-anak bisa merasakan beragam bentuk permainan dengan puas,” ungkap Haryanti.
Keberadaan PAUD-TK ini tentunya akan memberikan banyak manfaat bagi warga Desa Plemahan, terutama mereka yang mempunyai anak usia pra sekolah. Selain sebagai wahana bermain sekaligus bermain bagi anak-anak, proses pembelajaran di PAUD-TK ini pun juga akan membuat anak didiknya lebih siap untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Resmikan Bangunan Mesin Pengrajin Sabut Kelapa
Pada hari yang sama, Bupati Kediri Haryanti Sutrisno juga meresmikan bangunan mesin pengrajin sabut kelapa “Sumber Rejeki” di Desa Payaman Kecamatan Plemahan dengan didampingi Camat Plemahan Ahmad WS. serta Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kediri Rosyida Masykuri.
Menurut Ahmad WS., sejak tahun 1960an sudah muncul embrio pengrajin sabut kelapa di Desa Payaman namun dengan pengolahan yang masih tradisional/manual. Saat ini kelompok pengrajin sabut kelapa “Sumber Rejeki” terdiri dari 83 orang anggota. Hasil kerajian sabut kelapa inipun bermacam-macam, mulai dari sapu, keset maupun sulak. Untuk sapu, pengrajin menjualnya dengan kisaran harga Rp. 2.000,- sampai dengan Rp. 8.000,-.
Mesin pengolah sabut ini diharapkan mampu membantu kelompok pengrajin sabut kelapa di Desa Payaman. Sabut diolah melalui dua tahap, yakni mesin pertama untuk pengupasan kulit sabut dan mesin kedua untuk mengurai sabut menjadi lebih halus. Dengan menggunakan mesin, hasil olahan tentu lebih bagus sehingga produknya pun tidak kalah dengan produk pengrajin sabut dari daerah lain.
Pada kesempatan tersebut juga diberikan bantuan peralatan kepada UKM-UKM di Kecamatan Plemahan. Tidak hanya UKM yang menghasilkan produk makanan saja, mereka yang bergerak di bidang garmen juga mendapatkan bantuan. Jenis bantuan yang diberikan berupa alat pengolah produk seperti alat pengaduk, alat penggorengan, kompor, sealer, mesin obras dan mesin potong kain. (tee/adv)