Hewan melata tersebut tengah asyik berkeliaran di sekitar ruang keluarga Joko Widodo. Penjaga tersebut panik, dan segera memanggil rekan-rekannya untuk mengusir ular piton tersebut.
Bukannya ke luar, ular itu justru mencoba menghindar. Dia lantas masuk ke sebuah lemari tempat penyimpanan sepatu untuk bersembunyi. Kebetulan, salah satu pintu lemari itu sedikit terbuka. Para penjaga itu langsung menutup pintu lemari. Tujuannya, agar ular tersebut tidak semakin merajalela.
Para penjaga pun melaporkan kehadiran tamu tak diundang itu ke pemilik rumah. Mereka juga memanggil seorang pawang ular yang juga merupakan kepala desa di daerah Sukoharjo. Sembari menunggu kehadiran pawang ular, mereka mengangkat lemari yang berisi ular itu ke halaman rumah dinas, tepatnya di dekat pos penjagaan.
Sekitar pukul 07.30 WIB, sang pawang, Budi Sriyanto, pun datang. Dengan cekatan, dia mulai membuka salah satu pintu lemari. Berulang kali, dia meminta agar orang yang berada di sekitarnya untuk tenang, agar ular itu tidak merasa kaget. Joko Widodo yang telah bersiap untuk bekerja juga ikut menyaksikan penangkapan ular itu.
Budi mencoba memasukkan tangannya ke dalam lemari, berusaha memegang ular itu. Ular itu melawan dengan cara menggigit. Delapan luka membekas di tangan Budi, dengan darah yang merembes. Tapi, dia tidak kapok. Dia kembali memasukkan tangan, dan menangkap kepala ular itu dengan cekatan. Kemudian, dia mengeluarkan ular untuk dipertunjukkan ke orang-orang yang melihat.
“Ini jenis ular piton,” katanya menegaskan. Dari bentuk fisiknya, dia memperkirakan ular itu berjenis kelamin betina. Gawatnya, dia menduga ular tersebut tidak sendirian. Pasangan serta anak-anaknya kemungkinan masih berkeliaran di sekitar tempat tersebut. Usai memberi penjelasan kepada pemilik rumah dan beberapa wartawan yang meliput, dia pun memasukkan ular itu ke dalam karung. Sang ular sempat menolak dengan melilitkan ekornya ke kaki Budi.
Joko Widodo menduga, ular tersebut berasal dari pekarangan kosong yang berada di samping rumah dinasnya. Kebetulan, tanah milik salah satu bank itu memang tidak terpakai dan rimbun dengan rumput dan pepohonan.
“Tidak hanya Wali Kota, ular pun ternyata ingin menikmati tinggal di Loji Gandrung,” kata Joko Widodo.
Loji Gandrung merupakan sebutan bagi rumah dinasnya. Sebab, pada zaman Belanda, rumah tersebut sering digunakan sebagai tempat dansa. (Tempointeraktif)