Supriyanto, salah satu petani tembakau di Desa Sumberejo, Kecamatan Grogol mengaku, tanaman tembakau sangat tergantung dengan cuaca dan angin. Tanaman tembakau dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal apabila kebutuhan panas dan ainginnya tercukupi.
"Di daerah barat sungai, khusus di desa kami, ketersediaan airnya minim, namun cuacanya panas dan anginnya lumayan bagus. Tanaman tembakau bisa tumbuh dengan baik, bahkan ada yang menyebut daerah disini lebih bagus dari daerah-daerah lain," kata Supriyanto saat acara tasyakuran petani tembakau di Dusun Gejek, Desa Sumberejo, Senin (09/11/2015).
Tasyakuran digelar di rumah Khomarudin. Dalam acara tasyakuran tersebut hadir ratusan petani dari tiga wilayah kecamatan dan juga Calon Bupati Kediri Haryanti. Acara dikemas dalam bentuk pertemuan bersama dan pemotongan tumpeng.
Supriyanto menambahkan, lahan pertanian tembakau di desanya belum terlalu luas. Masing-masing petani umumnya memiliki lahan kurang lebih 250 rhu. Tanaman dikembangkan pada lahan persawahan.
"Tanaman tembakau ini ditanam pada bulan Mei sampai Juni, atau setelah tanaman padi. Pada bulan 5 dan 6 intensitas hujan sudah sangat sedikit. Sehingga tembakau bisa tumbuh dengan baik. Tembakau bisa rusak apabila turun hujan," beber Supriyanto.
Dia menambahkan, dari tanaman tembakau seluas 250 rhu, Supriyanto mampu menghasilkan tembakau hingga 1 ton. Sedangkan masa tanam tembakau selama 100 hari dan masa panen sudah dapat dilaksanakan pada hari ke-65 hingga 70 hari.
"Harga tembakau terbagi dalam tujuh kualitas. Dalam kondisi tembakau kualitas terbaik dihargai Rp 30 ribu, sedangkan paling rendah Rp 21 ribu. Alhamdulillah tahun ini hasil panen kami mencapai Rp 10 juta rupiah untuk lahan setengah bahu (250 rhu)," ucap Supriyanto.
Khomarudin, selaku tokoh petani mengaku, para petani tembakau selama ini bekerjasama dengan PT. Sadana. Petani menerima bibit tanaman tembakau dan pupuk jenis ZK. Mereka kemudian menjual panen tembakau ke pihak perusahaan.
"Yang menjadi persoalan para petani tembakau ini, mulai tahun 2016 mendatang, pihak perusahaan tidak akan mensuplay pupuk. Sedangkan pupuk jenis ZK ini tidak dijual secara umum seperti pupuk bersubsidi. Kami berharap pemerintah menyediakan pupuk ZK untuk petani," pinta Khomarudin.
Terpisah, Calon Bupati Kediri Haryanti mengaku, petani tembakau bisa memanfaatkan pupuk organik, sebagai pengganti pupuk kimia. Pihaknya akan melakukan pembicaraan dengan dinas terkait untuk mengatasi persoalan pupuk yang dikeluhkan petani.
"Kita akan melakukan pembicaraan terlebih dahulu dengan dinas terkait. Selain itu, sebenarnya petani bisa memanfaatkan pupuk organik dari bahan daun-daunan," kata Haryanti.
Untuk diketahui, pada tahun 2011 lalu, petani sempat mengawali penanaman tembakau. Tetapi saat itu, banyak petani yang mengalami gagal panen. Petani tembakau sempat putus asa. Mereka kemudian mengulang masa tanam tembakau pada tahun 2014 lalu.
Tahun 2014 lalu, petani banyak yang salah prediksi terhadap cuaca. Musim hujan lebih awal datangnya. Akibatnya, ada sebagian petani yang mengalami gagal panen. Tanaman tembakau mereka banyak yang rusak. Akhirnya petani kembali mengembangkan tanaman tembakau pada tahun 2015 dan akhirnya banyak yang berhasil. (nng/kun/bj)