Home

Nasional

Daerah

Sport

LifeStyle

Opini

Advetorial

SuratPembaca

Redaksi

Bojonegoro - majalahbuser.com, 'Bojonegoro kembung', ya mungkin ungkapan atau istilah ini paling tepat dan pas untuk Bojonegoro, sebab program pembangunan jalan poros kecamatan di kabupaten Bojonegoro provingsi jawa timur benar-benar masuk angin alias (kembung).

Terlihat dari program yang ada, tak ubahnya hanya sekedar pencitraan saja, dan ditambah lagi  masih banyaknya jalan poros kecamatan yang hampir di seluruh penjuru  Bojonegoro masih luput dari sentuhan pembangunan.

Oleh : Nurul Zaini

Fakta di lapangan menggambarkan, jalan poros kecamatan yang kondisinya miris (rusak berat) adalah antara: jalan kecamatan Sugih Waras-Kedungadem, jalan poros kecamatan Baureno menuju Kepohbaru maupun yang menuju ke kecamatan Kanor.

Sementara itu, jalan poros kecamatan Baureno yang menghubungkan ke kecamatan Kepohbaru kondisinya sangat memperhatinkan karena banyaknya kubangan yang mengangah pada jalan, yang kapan saja bisa mejadikan korban kecelakaan  bagi penguna jalan yang melintas di jalan tersebut.

Ironisnya, jalan poros tersebut hanya mendapat kan sedikit perhatiaan dari Pemkab Bojonegoro yang hanya  melakukan penambalan pembangunan di beberapa titik  jalan yang di laksanakan oleh dinas terkait.

Bojonegoro dengan sebutan 'Bojonegoro Matoh' sangat berbalik dengan realita yang ada. Jika hampir di seluruh penjuru Bojonegoro jalan poros kecamatanya rusak berat, lalu dari sisi mana melihat jika Bojonegoro Matoh?

'Bojonegoro Matoh'  hanya sebuah pencitraan saja, istilah yang relevan dengan keadaan saat ini adalah 'Bojonegoro Kembung' {masuk angin}.

Sejumlah masyarakat yang daerahnya masih banyak jalan yang rusak merasa kecewa terhadap Pemkab Bojonegoro yang belum bisa menyediakan infrastruktur yang baik sehat bagi masyarakatnya.

Dan mayarakat hanya bisa berharap kepada Kang Yoto dan Setyo Hartono untuk mengimpletasikan semua program yang telah di janjikan, masyarakat sudah tidak bisa bermimpi indah lagi jika pasangan To-To hanya bisa  bercerita dongeng-dongeng saja. (*)