majalahbuser.com – 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina berhasil dibebaskan, Minggu 1 Mei 2016. Seluruh sandera yang merupakan awak kapal Brahma 12 yang dibajak pada 26 Maret 2016 di perairan Filipina itu dilepaskan di kediaman Gubernur Sulu, Abdusakur Tan II, oleh orang tak dikenal.
Pemerintah Indonesia mengklaim bahwa pembebasan ini murni negosiasi dan tanpa ada pembayaran apa pun kepada kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Apa pun itu, berikut sejumlah fakta di balik pembebasan 10 WNI yang telah disandera kelompok Abu Sayyaf selama 35 hari tersebut:
1. Tebusan Mundur
Kelompok bersenjata Abu Sayyaf tercatat dua kali memundurkan jadwal pembayaran tebusan sandera senilai 50 juta peso atau setara Rp15 miliar. Mundurnya pembayaran tebusan itu pertama pada 30 Maret 2016, atau lima hari usai dibajak. Dan kedua pada Jumat 8 April 2016.
2. Tujuh Hari Usai Penggal Warga Kanada
Pembebasan 10 WNI dari tangan kelompok bersenjata Abu Sayyaf hanya berselang tujuh hari usai seorang warga Kanada, John Ridsel (68 tahun), dipenggal kepalanya pada Senin 25 April 2016. Nilai tebusan John yang telah ditahan sejak September 2015 itu senilai Rp105 miliar atau setara US$80 juta.
3. Libatkan Mantan Pemberontak
Pemulangan sandera 10 WNI tak lepas dari keterlibatan mantan kelompok pemberontak Filipina, Moro National Liberation Front (MNLF). Kehadiran tokoh muslim Filipina, Nur Misuari, pendiri MNLF, terbukti berpengaruh kepada kelompok Abu Sayyaf.
"Seorang pejabat militer Indonesia secara pribadi bertemu dengan Misuari di tempat persembunyian yang terakhir di Sulu," kata Dewan Komando Islam MNLF, Habib Mudjahab Hasim. Misuari disebut memiliki rasa hormat yang tinggi untuk Indonesia, yang menjadi tuan rumah perjanjian perdamaian 1996 antara MNLF dan Pemerintah Filipina di Jakarta pada era Menteri Luar Negeri Ali Alatas.
4. Pimpinan Abu Sayyaf Bertangan Buntung
Presiden Filipina, Benigno Aquino III, mengaku kenal petinggi kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Salah satunya adalah Radulan Sahiron yang kini memimpin milisi Abu Sayyaf.
Menurut Benigno, Sahiron merupakan pengganti Khadaffy Janjalani yang tewas pada September 2006. Ia dikenal memiliki ciri khas yang bisa dikenali langsung. "Dia (Sahiron) hanya punya tangan satu, karena tangan kanannya putus dalam pertempuran besar melawan tentara kami puluhan tahun silam," kata Benigno.
5. Rumor Tebusan 1 Juta Dolar AS
Militer Filipina menyangsikan bila pembebasan 10 WNI dari tangan kelompok Abu Sayyaf murni dibebaskan. "Diyakini tidak ada tawanan yang bisa dilepaskan tanpa tebusan," kata pejabat kepolisian Filipina, Inspektur Polisi Junpikar Sitin.
Sebab itu, di Filipina, beredar rumor bahwa pada 29 April 2016, memang telah terjadi proses pembayaran tebusan senilai US$1 juta atau setara Rp13,1 miliar kepada kelompok Abu Sayyaf. (viva/bsr)