Kepada wartawan, pria berkaca mata minus ini mengaku terkejut ketika mengetahui fotonya beredar dari ponsel ke ponsel, terutama melalui Blackberry Messenger.
"Waduh, padahal banyak juga anggota lain dari kepolisian dan TNI yang sama-sama terjun menyelamatkan warga," ujar Eko, sapaan akrabnya, Jumat (24/1/2014).
Dia menceritakan saat itu banjir menerjang di wilayah hukum Polsek Wenang. Ketika warga mulai panik dan air semakin meninggi, yang terpikir olehnya bagaimana menyelamatkan wanita dan anak-anak.
"Saya pernah kehilangan ibu. Jadi, tahu bagaimana rasanya kehilangan ibu. Yang terpikir, yang harus diselamatkan lebih dulu adalah anak-anak dan wanita karena mereka lemah," tutur mantan Kanit Lantas Polsek Bitung Barat ini.
"Inisiatif itu timbul secara tiba-tiba saat lihat air yang semakin meninggi dan berarus. Saya langsung turun ke air menyuruh warga untuk mengungsi," terangnya.
Eko mengatakan, bersama seorang anggota TNI berpangkat kapten, keduanya bahu-membahu bersama anggota lainnya dan warga, menuntun para pengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Mereka sempat memasang tali yang melintang di tengah jalan raya yang sudah seperti sungai, untuk mempermudah proses evakuasi. Para pengungsi pun dituntun berjalan sambil memegang tali agar tidak terbawa arus.
"Kalau gak salah, anggota TNI itu menjabat Pasi Intel 712 Santiago Teling, dia juga sangat banyak jasanya menyelamatkan warga," tandas Eko.
Menurutnya, terkadang pula dirinya harus berenang menyisir dari satu tempat ke tempat lain setelah menerima informasi warga yang masih terjebak di dalam rumah. Mereka juga harus menemui kendala karena banyak warga juga yang enggan dievakuasi dengan alasan menjaga rumah dan harta bendanya.
"Intinya, selain panggilan tugas, rasa kemanusiaanlah yang membuat saya terpanggil memberikan pertolongan," pungkasnya.
Banjir dan longsor di Manado dan kota sekitarnya terjadi pada Rabu (15/1) lalu. Kota luluh lantak. BNPB mencatat 19 orang meninggal. Kerugian ditaksir mencapi Rp 1,87 triliun. (dtk)