Berjalan lebih dari setahun, drama kasus Bibit-Chandra akhirnya Senin (25/10) menuju titik akhir. Kejaksaan memilih opsi pengesampingan (deponering) perkara ini. Dengan diambilnya keputusan deponeering ini, dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, kini secara legal nasibnya terkatung-katung.

Seluruh keperkasaan dan kewibawaan hukum Republik Indonesia mulai hari ini harus memaklumatkan kepada dunia bahwa hukum telah mati. Mati karena dipaksa bersujud dan menyembah kepada superman mahaperkasa bernama Gayus Tambunan.

Jakarta - Agar korban tidak semakin banyak dalam kerusuhan yang marak terjadi, Komisi III DPR RI mendukung kepolisian untuk menembak langsung para perusuh. Asal, sesuai dengan protap dan perlawanannya seimbang.

"Boleh saja tembak asal perlawanannya seimbang dan atas dasar menyelamatkan banyak orang. Lagipula syarat tembak itu awalnya tembak ke atas sebagai peringatan kemudian baru tembak yang lain. Saya yakin polisi tahu ketentuan itu," kata politisi Partai Golkar Azis Syamsuddin kepada wartawan, di gedung DPR, Senayan, Selasa (8/2/2011).

Sepakat dengan Azis, politisi asal Demokrat Ruhut Sitompul juga mendorong pihak kepolisian untuk melepaskan tembakan bila kondisi semakin tidak terkendali. Ia melihat kepolisian saat ini terlalu hati-hati dan sungkan dalam menjaga ketertiban khususnya dalam konflik umat beragama.

"Ya ini akibat kita sendiri yang membuat polisi gamang karena dikaitkan dengan pelanggaran HAM. Jadi mereka terlalu berhati-hati dan sungkan. Selama protapnya dilaksanakan tidak masalah, kita dukung," ujar Ruhut.

Ruhut mengingatkan adanya sanksi internasional bila Indonesia tidak bisa menangani konflik SARA dengan baik. Maka itu, dia meminta para LSM untuk tidak sembarang menuduh polisi melanggar HAM bila tembak senjata terpaksa dilakukan.

"Sepanjang protapnya tembak peringatan di udara tidak mempan, kemudian tembak kaki lalu atas, pakai peluru karet, tidak apa-apa, harus tegas," tambahnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kerusuhan pecah di Temanggung, Jawa Tengah. Setidaknya dua buah gereja dibakar dan beberapa mobil juga hangus.

Sementara itu, pada kasus penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, tiga jemaat tewas. Seperti diutarakan dari pihak Ahmadiyah mereka yang tewas yaitu Mulyadi, Tarno dan Roni. Mulyadi adalah warga setempat atau tuan rumah, sedangkan Roni adalah jemaat yang datang dari Jakarta. (feb/lia)(detikNews)

Home

Nasional

Daerah

Sport

LifeStyle

Opini

Advetorial

SuratPembaca

Redaksi